Klikhijau.com – Lahan gambut masih terus mendapat ancaman kebakaran. Padahal peran gambut sangat besar bagi planet ini.
Gambut itu serupa spons, ia menyerap dan mempertahankan air didalamnya hingga belasan kali lipat bobot keringnya. Karena sifatnya itu, maka gambut dapat mencegah terjadinya banjir di musim penghujan
Pada musim musim kemarau, gambut akan berperan sebaliknya. Ia akan melepaskan air ke jaring sungai yang ada di sekitarnya sehingga mencegah kekeringam
Selain itu, gambut juga kaya akan cadangan karbon. Hal itu disebabkan oleh gambut masih mengandung banyak sisa-sisa tumbuhan. Lahan gambut tropis mampu menyimpan karbon berkali-kali lebih banyak dibandingkan hutan.
Keberadaan lahan gambut mesti dipertahankan, tidak hanya fungsinya yang segunung, tetapi juga karena merupakan salah satu bagian tertua diplanet ini.
Gambut ada di planet ini sekitar 360 juta tahun lampau. Bahkan beberapa lahan gambut yang kini ada bahkan memerlukan lebih dari 10.000 tahun untuk terbentuk. Jadi waktunya cukup lama, bukan. Sayang sekali jika tidak dijaga.
Sebagai salah satu ancaman serius lahan gambut adalah kebakaran, maka kebakaran lahan gambut perlu dicegah. Salah satu cara pencegahannya adalah melalui teknologi.
Dilansir dari laman resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), saat ini BRIN telah meluncurkan sistem monitoring cuaca kebakaran lahan dan kabut asap (SIMOCAKAP). SIMOCAKAP adalah teknologi berupa aplikasi.
Aplikasi SIMOCAKAP merupakan sebuah sistem pemantauan cuaca, kebakaran lahan, dan kabut asap berbasis partisipasi masyarakat.
Pengembangan aplikasi bertujuan untuk mengatasi permasalahan kompleks lahan gambut di Riau, salah satu wilayah dengan lahan gambut terluas di Indonesia.
Melalui SIMOCAKAP, masyarakat dapat berperan aktif dalam memantau kondisi lingkungan sekitar dan memberikan informasi terkini mengenai potensi kebakaran lahan.
Kolaborasi riset
SIMOCAKAP merupakan salah satu hasil dari kolaborasi riset antara BRIN dengan CSEAS-Kyoto University, STAIN Bengkalis, Politeknik Bengkalis, dan Universitas Riau. Kolaborasi riset ini bertujuan untuk mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan terhadap permasalahan kompleks pada lahan gambut.
Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Albertus Sulaiman menyebutkan kehadiran sebuah sistem monitoring pemantauan cuaca, kebakaran lahan, dan kabut asap sangat dibutuhkan untuk wilayah Indonesia mengingat Indonesia sebagai negara dengan lahan gambut tropis terluas di dunia.
“SIMOCAKAP merupakan platform monitoring pemantauan cuaca, kebakaran lahan, dan kabut asap berbasis partisipasi masyarakat,” ujarnya saat menjadi pembicara talkshow Bincang Sains Kawasan Bandung-Garut (BISAAN BANGGA) bertajuk “Sistem Monitoring Cuaca, Kebakaran Lahan dan Kabut Asap beberapa waktu lalu.
Sulaiman menambahkan bahwa pendekatan sistem ini menggabungkan teknologi dan partisipasi aktif masyarakat untuk memantau dan mengidentifikasi situasi darurat atau kondisi cuaca secara realtime.
“Aplikasi ini dikembangkan oleh BRIN untuk mendeteksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak dini. Saat ini, area risetnya masih di Riau dan Pulau Bengkalis,” tegasnya.
Menurutnya, SIMOCAKAP memungkinkan masyarakat untuk berperan aktif sebagai kontributor data yang diintegrasikan dengan hasil perekaman sensor cuaca. Informasi yang disajikan meliputi berbagai data cuaca, titik api, kualitas udara, dan tinggi muka air tanah dari berbagai sumber. “Dengan pemantauan realtime, kita dapat mendeteksi kebakaran lahan dan mengukur kabut asap. Ini sangat membantu pengambil kebijakan untuk langkah mitigasi yang cepat,” ucapnya.
“Wilayah Kabupaten Bengkalis sebagian besar terdiri dari lahan gambut yang rawan dan mudah terbakar disaat musim kemarau dan mudah terjadinya longsor di saat penghujan, ini harus jadi perhatian serius,” tutur Sulaiman.
Untuk itu, BRIN terus melakukan riset dengan melibatkan berbagai institusi, baik dalam maupun luar negeri untuk memahami bagaimana interaksi antara karbon dan tinggi muka air yang ada di lahan gambut dan hubungannya dengan dinamika atmosfer serta iklim yang diyakini mempengaruhi sirkulasi global dunia.
Sulaiman juga berharap pada dukungan Pemerintah Kabupaten Bengkalis terhadap aplikasi ini agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan terkait pemantauan cuaca serta kebakaran lahan di wilayah Kabupaten Bengkalis dan sekitarnya.
Sulaiman juga menuturkan jika SIMOCAKAP bukan hanya sekadar aplikasi, tetapi juga sebuah langkah maju dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, diharapkan aplikasi ini dapat menjadi solusi efektif dalam mencegah kebakaran lahan dan menjaga kualitas udara di wilayah Riau. BRIN berkomitmen untuk terus mengembangkan SIMOCAKAP agar semakin bermanfaat bagi masyarakat luas. (*)