- Menyerap Sensasi Hijau Donggia Bersama TBM Al-Abrar, Bulukumba - 01/10/2024
- Dipeluki Sampah - 29/09/2024
- Yudi, Urang Aring yang Tak Terawat, dan Manfaatnya yang Mengejutkan - 27/09/2024
Klikhijau.com – Bentuknya seaneh namanya. Pohon darah naga. Ia tumbuh di pulau paling “aneh” di muka Bumi, Pulau Socrota.
Secara administrasi , pulau ini masuk wilayah Yaman, meskipun begitu, secara geografis, bagian dari Afrika.
Pulau tempat tumbuhnya pohon darah naga memiliki banyak gelar, mulai dari The Lost World, Pulau Alien, dan bagi orang di Timur Tengah menggelarinya Tempat Persembunyian Dajjal, dan sebagainya.
Namun, bagi para pegiat lingkungan, pulau ini punya nama khas, Galapagos di Samudra Hindia.
Pulau Socotra telah memisahkan 34 juta tahun dari daratan Saudi, sehingga membuatnya begitu unik. Selain itu, keanekaragaman flora dan faunanya yang khas, tak ada di tempat lain.
Salah satunya, pohon darah naga itu yang memiliki nama ilmiah dracaena cinnabari. Tumbuhan ini juga dikenal sebagai Suji Socotra dan Dragon Blood Tree (Suji Darah). Flora ini dijuluki demikian karena getah merah yang diproduksi oleh tumbuhan ini.
Tumbuhan unik ini bisa tumbuh setinggi 10 meter dengan lebar 3 meter. Secara umum, jika dilihat, bentuknya seperti payung dengan dahan dan cabang melebar ke samping. Ujung dahannya dibuka daun-daun.
Pohon ini termasuk pohon langka dan tua yang ada di dunia. Ia tumbuh di daerah yang kering dan dapat mencapai lebih dari 300 tahun.
Seperti yang ditulis Akhyari Hananto di Mongabay, pohon ini pertama kali dideskripsikan oleh James Raymond Wellsted pada 1830-an yang menamainya Pterocarpus draco.
Status rentan punah
Namun, ahli botani Skotlandia bernama Isaac Bayley Balfour yang mengutip spesies ini dan memberikan nama ilmiahnya pada 1880.
Selain bentuknya aneh, pohon ini juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Sejak era keemasan Romawi, Mesir, dan Yunani. Getahnya telah digunakan sebagai bahan obat.
Getahnya dipercaya mampu mengobati pencernaan, juga diare, demam, gangguan pernapasan, dan sakit tenggorokan. Juga digunakan sebagai zat pewarna, kucing, lem, sabun, pernis untuk furnitur, dupa, pasta gigi dan campuran bahan kimia.
Bahkan khusus untuk membuat pernis oleh para pembuat biola Italia telah digunakan sejak abad ke-18.
Namun, pemanfaatan getah berlebihan menghabiskan kehidupan pohon ini. Selain itu penggembalaan kambing yang sering dikonsumsi bibit dan biji tanaman yang tumbuh.
Ancaman lainnya, pohonnya sering ditebang untuk dimanfaatkan kayunya, sebagai kayu bakar. Masalah lain, tantangan pembangunan di pulau itu, prioritas pembuatan jalan, serta pengunjung setiap tahun.
Menurut Globaltrees.org , habitat pohon darah naga hilang sebanyak 45% pada 2018. Saat ini, usaha-usaha untuk pelestarian dilakukan. Akan tetapi, sama sekali tidak cukup diselamatkan dari kepunahan di masa depan.
Karenanya, IUCN [Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam] mengklasifikasikan statusnya “Rentan”. Kini, semakin sedikit pohon beregenerasi alami, dan banyak pohon bentuknya ‘payung’ nya yang berarti tumbuh tidak sempurna.
Kini Socotra sedang mengering, hujannya tidak merata dan selebat dulu. Hal itu bisa mengancam pula pertumbuhan pohon darah naga.