Kelompok Perempuan Waifuna Lakukan Buka Sasi di Kampung Kapatcol Raja Ampat

oleh -116 kali dilihat
Kelompok Perempuan Waifuna Lakukan Buka Sasi di Kampung Kapatcol Raja Ampat
Salah satu anggota Waifuna sedang membawa teripang dari hasil buka sasi. (Foto: Awaludinnoer/YKAN)

Klikhijau.com – Pada tanggal 6 – 10 Maret 2022, Kelompok Perempuan Waifuna di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat melaksanakan acara buka sasi laut.

Wilayah sasi tersebut dibuka setelah ditutup selama 1 tahun. Acara buka sasi ini juga didukung oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

Secara tradisi, wilayah sasi biasanya dikelola oleh kaum laki-laki. Namun, di Kampung Kapatcol, wilayah sasi dikelola oleh para perempuan. Hak kepemilikan perempuan ini pun diakui sepenuhnya oleh pemerintah kampung, gereja, dan pemegang adat.

Sasi merupakan salah satu praktik adat untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan yang masih diterapkan hingga hari ini di wilayah Maluku dan Papua.

“Secara garis besar sasi adalah sebuah mekanisme adat untuk mengatur pengelolaan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut, dalam jangka waktu tertentu. Selama sasi berlaku, tidak ada yang boleh mengambil sumber daya di dalam wilayah yang sedang dilakukan sasi hingga tiba waktunya dibuka,” terang Bird’s Head Seascape Manager YKAN Lukas Rumetna.

Dalam perjalanannya, Waifuna mendapat pendampingan pengelolaan sasi berkelanjutan, berlandaskan sains, melalui jalinan kemitraan dengan YKAN. Di antaranya dengan mengembangkan kesepakatan sasi berdasarkan hasil monitoring populasi teripang dan lobster.

sasi papua
Ketua Kelompok Perempuan Waifuna Almina Kacili membawa teripang yang sudah diolah dan siap dijual. (Foto: Awaludinnoer/YKAN)
KLIK INI:  SGB Umumkan Pemenang Kompetisi Inovasi Konservasi Air Antar Sekolah Mizuiku

Kesepakatan sasi harus dipatuhi anggota kelompok seperti hanya boleh mengambil biota yang sudah dewasa dan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.

“Perempuan juga harus berada di garis depan dalam menjaga kelestarian alam. Hal lain yang tak kalah penting adalah dengan menanamkan prinsip-prinsip  pelestarian alam di lingkungan keluarga,” kata  Ketua Kelompok Waifuna Almina Kacili.

Almina menambahkan bahwa kegiatan pengelolaan wilayah sasi yang mereka lakukan bukannya tanpa tantangan, saat ini yang dihadapi Waifuna adalah terkait perubahan iklim.

“Beberapa tahun terakhir, ombak besar, angin kencang, dan hujan harus kami hadapi. Saat harus patroli di wilayah sasi, ada ombak dan angin kencang,” kata Almina.

Hasil penjualan dari buka sasi tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan tabungan pendidikan bagi warganya. Karena komitmen dan dedikasi tersebut, pada 2019, pemerintah kampung setempat memperluas areal sasi menjadi 215 hektare – dari 32 hektare – pada waktu awal kelompok ini dibentuk tahun 2010.

sasi
Wilayah sasi kelompok Waifuna di Kampung Kapatcol, Raja Ampat, Papua Barat.
(Foto: Hans Pasak/YKAN)
KLIK INI:  Sekolah Adat Arus Kualan: Perjalanan Melestarikan Budaya, Hutan dan Masa Depan

Untuk mendukung hal ini, Kelompok Waifuna juga mendapat pendampingan tentang manajemen organisasi, yang diterapkan dalam membagi kelompok ke dalam beberapa fungsi yakni menyelam, memanen, mencatat hasil, serta mengelola keuangan.

Selaku mitra pembangunan Pemerintah Provinsi Papua Barat, integrasi adat dalam pengelolaan kawasan konservasi menjadi perhatian bagi YKAN, termasuk di Area 4 Perairan Kepulauan Misool.

“Konservasi di wilayah Bentang Laut Kepala Burung bisa lebih efektif bila didukung oleh sistem sosial budaya dan peran perempuan yang terwujud menjadi kebijakan lokal. Salah satu contohnya adalah sasi yang dikelola Kelompok Perempuan Waifuna di Kabupaten Raja Ampat yang mampu memperbaiki kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat” jelas Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman.

“Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kelompok Perempuan Waifuna dan YKAN yang telah mendukung pengelolaan berkelanjutan sumber daya kelautan di Kabupaten Raja Ampat. Lewat kiprah Kelompok Perempuan Waifuna, kita belajar bahwa perempuan dapat berperan penting dalam pelestarian lingkungan sekaligus melestarikan tradisi luhur seperti sasi, sebagai wujud dari pemanfaatan berbasis masyarakat adat di dalam Zona Sasi Kawasan Konservasi,” pungkas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat Jacobis Ayomi, M.Si.

KLIK INI:  Biro Humas KLHK Tingkatkan Kompetensi Pranata Humas Internalnya