- 6 Tempat Bersejarah Saat ke Hutan Melalui Jalur Tassika di Bulukumba - 11/12/2023
- Air Hilang dalam Hujan - 09/12/2023
- Kisah Pengalaman Pertama Bertamu ke Hutan - 05/12/2023
Klikhijau.com – Pohon jenitri (Elaeocarpus ganitrus Roxb) itu tumbang. Seiring dengan meredanya suara senso (mesin pemotong kayu) yang tadinya meraung-raung di belakang rumah Puang Firman. Separuh dari pohon bergenus Elaeocarpus itu menerpa sawah Puang Dubi.
Sanneng dkk, yang menebang pohon tersebut, Kamis 19 Mei 2022 memang sengaja mengarahkannya ke sawah dengan cara menariknya menggunakan tali. Sebab jika tidak demikian, ditakutkan akan menerpa rumah di sekitar pohon jenitri itu tumbuh.
Pohon jenitri, kadang disebut pula dengan genitri atau ganetri di kampung saya, Kindang, Bulukumba. Masyarakat menamainya galittiri.
Pohon ini memiliki daya tarik yang menarik. Daya tariknya terletak pada daunnnya yang memiliki keunikan tersendiri. Akan berwarna merah nyala ketika tua, saat berada di usia akan gugur ke tanah.
Jenitri adalah jenis pohon yang tinggi menjulang. Bisa tumbuh 20 hingga 30 meter. Karena pohonnya terbilang besar, jenitri banyak dimanfaatkan untuk pertukangan dan bahkan jadi bahan baku pembuatan alat musik, di antaranya gitar dan piano.
Pohon ini bukanlah pohon sembarangan, buahnya bisa menjadi obat dan bahkan jadi komoditas ekspor ke luar negeri, khususnya ke Nepal dan India.
Di negara tersebut, biji dari pohon ini dijadikan sebagai pelangkap ritus keagamaan. Bahkan di India pohon ini sangat istimewa dengan nama rudraksha yang artinya mata Dewa Siwa.
Rudra artinya Dewa Siwa dan Raksha berarti mata. Orang Hindu meyakini, rudraksha adalah air mata Dewa Siwa yang jatuh ke bumi lalu tumbuh menjadi pohon jenitri.
Heyne, (1987) juga mengungkapkan bahwa biji pohon dijadikan sebagai pelengkap pada upacara keagamaan serta bahan baku obat.
Di Indonesia biji ganitri hanya dimanfaatkan sebagai produk perhiasan dan perdagangan. Bentuk dan ukuran bijinya yang unik menjadikannya banyak dipilih sebagai produk perhiasan seperti gelang, kalung, dan tasbih.
Namun, di kampung saya buah pohon ini diabaikan saja, bahkan tidak dibudidayakan, ia tumbuh liar sendiri dan cenderung dianggap pohon yang tidak begitu penting untuk tumbuh.
Penyebaran alami
Meski begitu pohon yang bisa tumbuh pada ketinggian 500 hingga 1.200 m dpl ini tetap banyak tumbuh, itu karena penyebaran pertumbuhannya banyak dilakukan burung, kelelawar, dan hewan pengerat lainnya.
Pohon berbatang bulat dan bertekstur kasar ini memiliki ukuran diameter sekitar 150 cm. Berdaun daun tunggal, bentuknya lonjong bergerigi pada bagian tepinya. Tulang daunnya memiliki bentuk menyirip dengan tangkai daun relatif pendek.
Jenitri adalah salah satu tanaman kehutanan yang habitat aslinya berasal dari negara subtropics. Ia menyebar cukup luas terutama di beberapa di beberapa negara, di antaranya Cina Bagian Selatan, Indonesia, Malaysia, , dan Thailand, Madagaskar, Myanmar, Nepal, Australia, dan kepulauan pasifik.
Asep Rohandi dan Gunawan, (2014) mengatakan, pohon ini kerap dimanfaatkan untuk kayu pertukangan, pohon pelindung (wind break) dan pembatas lahan milik.
Namun, bagian paling banyak dimanfaatkan dari pohon ini, selain kayunya adalah buahnya (biji) sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Pohon ini termasuk tumbuhan yang cepat berbunga, yakni pada umur 18 bulan, dan panen perdana biasanya pada umur 2-4 tahun
Encep Rachman dan Asep Rohandi (2012) mengungkapkan, dalam membudidayakan pohon ini umumnya dilakukan secara generatif. Namun, sebenarnya pohon ini bisa diperbanyak melalui vegetatif berupa stek pucuk.
Kandungan biji jenitri
Hasyim As’ari, dkk (2016) mengungkapkan, berdasarkan kandungan kimianya biji jenitri bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.
Karena bijinya ini mengandung kadar lemak 66,41 persen, kadar air 5,51 persen, kadar abu 4,05 persen, kadar protein 12,97, kadar karbohidrat 11,06 persen.
Sedangkan kandungan kimia minyak biji jenitri terdiri dari: kadar lemak 12,87 persen, kadar air 17,68 persen persen. Kadar abu 1,60 persen, kadar protein 5,05 persen, dan kadar karbohidrat 62,8 persen.
Kandungan kimia minyak inti biji pohon ini didominasi oleh lemak, sedangkan pada bijinya didominasi oleh karbohidat, sehingga ekstraksi minyaknya dapat dilakukan pada inti biji.
Tidak hanya itu saja bijinya juga mengandung glikosida, dan flavonoid, alkaloid, dan steroid. Bijinya mengandung pula senyawa kimia seperti tannin, pitosterol, protein, karbohidrat, , asam gallic serta asam lemak termasuk asam palmitat dan asam linoleat
Kumar,2010) mengungkapkan kombinasi senyawa metabolit seperti flavonoid, tannin, alkaloid, dan glikosida yang dapat dimanfaatkan sebagai senyawa antimicrobial
Sementara itu, kandungan asam lemak palmitat yang terdapat dalam biji pohon ini memiliki aktivitas antimicrobial terhadap bakerti S. mutans.
Klasifikasi ilmiah
Pohon jenitri, yang ditebang oleh Sanneng dkk di belakang rumah Puang Firman itu memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:
- Kerajaan : Plantae
- Ordo : Oxalidales
- Famili : Elaeocarpaceae
- Genus : Elaeocarpus
- Spesies : E. Ganitrus