Klikhijau.com – Malam itu, suasana Max Ballroom di Hotel MaxOne Makassar terasa hangat dan penuh rasa haru. Di tengah gemerlap penghujung tahun, Jumat malam (27/12/2024), ratusan tamu berkumpul untuk melepas Ir. Jusman, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan, yang akan memasuki masa purna tugas.
Ditemani sang istri, Ny. Sri Endang Jusman, sosok pria yang dikenal bersahaja itu tampil sederhana dengan balutan batik nusantara. Sang istri, pendamping setia sejak masa mudanya, ikut berbagi kebanggaan melihat perjalanan panjang sang rimbawan selama lebih dari tiga dekade mengabdi untuk negeri.
Dari Kampus Hingga Pelosok Nusantara
Kisah pengabdian Jusman dimulai sejak dirinya menimba ilmu di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar pada tahun 1983. Semasa kuliah, ia tak hanya sibuk belajar, tetapi juga aktif di organisasi mahasiswa kehutanan, Sylva Indonesia. Jiwa kepemimpinannya mulai terasah saat menjadi panitia Konferensi Nasional Sylva Indonesia tahun 1986.
Usai lulus pada tahun 1989, Jusman memulai langkah pertamanya di dunia kerja di Kabupaten Poso. Di tempat ini pula, ia menemukan tambatan hatinya, Sri Endang Wahyuni, yang ia nikahi pada Desember 1992.
Menjadi pengantin baru tak lantas membuat perjalanan mereka mudah. Saat Jusman harus mengikuti seleksi CPNS di Jakarta, istrinya tetap tinggal di Bone. Jarak dan waktu menjadi ujian awal bagi pasangan muda ini.
Mengabdi di Taman Nasional
Karir Jusman di dunia konservasi dimulai pada 1 Maret 1993 sebagai staf di Taman Nasional Bali Barat. Dari sana, perjalanan panjangnya di berbagai penjuru Nusantara dimulai. Ia dipercaya memegang berbagai posisi penting, mulai dari Kepala Seksi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru hingga Kepala Balai di Taman Nasional Siberut, Taka Bonerate, dan Lore Lindu.
Salah satu momen bersejarah yang mengukir namanya adalah saat ia memimpin upacara HUT Kemerdekaan RI di Puncak Mahameru pada tahun 2002. Di ketinggian 3.676 meter, Jusman menyampaikan pesan yang mendalam: manusia hanyalah butiran kecil di hadapan keagungan alam.
Pendekatan Humanis untuk Konservasi
Di setiap tempat tugasnya, Jusman dikenal tak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga sahabat bagi masyarakat lokal. Pendekatannya yang humanis terlihat saat ia bertugas di Taman Nasional Siberut, Sumatera Barat. Jusman tak segan turun langsung ke lapangan untuk berdialog dengan masyarakat Mentawai. Berkat pendekatannya, keberadaan taman nasional semakin diterima oleh komunitas lokal.
Di Taman Nasional Taka Bonerate, ia menghadapi tantangan besar: eksploitasi sumber daya laut yang masif. Namun, Jusman percaya, solusi harus memberi manfaat bagi semua pihak. Ia menggandeng masyarakat untuk mengembangkan ekowisata berbasis keberlanjutan, menjadikan kawasan itu sebagai bagian dari Jaringan Cagar Biosfer Dunia.
Memimpin dengan Filosofi Lillahi Ta’ala
Tahun 2024 menjadi puncak karir Jusman. Ia dipercaya memimpin dua institusi besar sekaligus: BBKSDA Sulawesi Selatan dan Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3E SUMA). Meski beban tugasnya berlipat ganda, Jusman tak pernah kehilangan semangat.
“Plt itu Pejabat Lillahi Ta’ala,” ujarnya ringan namun penuh makna. Baginya, jabatan adalah amanah untuk bekerja dengan tulus dan ikhlas.
Purna Bhakti yang Akan Terus Mengabdi
Menjelang masa pensiunnya pada 31 Desember 2024, Jusman tetap optimis. Ia percaya, konservasi alam adalah tugas yang tak akan pernah selesai, bahkan hingga akhir zaman.
“Kerja dunia konservasi itu seperti mengukir di air. Tapi, meski sulit, kita harus tetap berjuang,” tuturnya.
Selamat telah menorehkan perjalanan yang akan terus dikenang, Ir. Jusman, sang rimbawan sejati. Pengabdianmu telah menorehkan jejak hijau di seluruh penjuru Nusantara, menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Bon voyage, Uncle Bondro!