Jawa Terancam Kehabisan Sumber Air Bersih Tahun 2040

oleh -961 kali dilihat
Jawa Terancam Kehabisan Sumber Air Bersih Tahun 2040
Ilustrasi kekurangan air

Jawa akan alami krisis air bersih tahun 2040 sebagai akibat persediaan air bersih yang terus berkurang

Klikhijau.com – Water Environment Partnership in Asia (WEPA) menyebut bahwa Indonesia menyimpan 6% dari potensi air dunia. Namun, Jawa sebagai pulau terpadat di Indonesia pada tahun 2040 terancam kehabisan sumber air bersih.

Krisis air di pulau dengan jumlah penduduk sekitar 150 juta tersebut terjadi karena penurunan drastis jumlah air. Di mana kebutuhan air terus meningkat, sedangkan tingkat ketersediaan air terus menurun.

Data dari Pusat Litbang Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2012 menyebut, saat ini setiap orang di Jawa bisa mendapat 1.169 meter kubik air per tahun. Padahal, seperti yang pernah dikatakan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, standar ketersediaan air ideal untuk setiap orang berjumlah 1.600 meter kubik per tahun.

Otoritas yang sama memprediksi pada tahun 2040 nanti, ketersediaan air di Jawa jumlahnya menurun drastis pada angka 476 meter kubik. Angka ini jauh di bawah standar ideal kebutuhan setiap orang.

Jumlahnya juga sangat kecil jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Seperti di Papua 296.841 meter kubik per tahun; Kalimantan 80.167 meter kubik per tahun; Sulawesi 19.293 meter kubik per tahun; dan Sumatera 15.892 meter kubik per tahun.

Hal ini diperparah dengan kondisi kekeringan yang tersebar di banyak provinsi di Indonesia. Badan Nasional Penanggulangang Bencana (BNPB) mendata ada 55 kepala daerah yang menetapkan status siaga darurat kekeringan melalui surat keputusan bupati dan wali kota.

Beberapa daerah yang terancam mengalami kekeringan dan kemarau ekstrim yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Seperti dilaporkan Antara, musim kekeringan berdampak pada 102.746 hektare area pertanian. Memberikan efek pada 48.491.666 orang dan mengeringkan area sekitar 11.774.437 hektare.

KLIK INI:  Perlu Waspada, Bakteri Mematikan Semakin Menyebar karena Perubahan Iklim

Kenyataan ini akan semakin menjerat masyarakat, khususnya bagi golongan yang tidak mampu. Mereka harus membeli air seharga ratusan ribu di tengah penghasilan yang tidak seberapa.

Bagaimana mengatasinya?

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi ancaman krisis air tersebut. Seperti membuat bendungan dan revitalisasi tempat penampungan air berupa danau dan waduk.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pun merencanakan pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) baru. Dengan target 10 juta rumah tangga baru tersambung dengan leding PDAM pada tahun 2024.

Peneliti LIPI Rachmat Fajar Lubis seperti diberitakan BBC Indonesia menjelaskan, usaha tersebut belum cukup. Menurutnya ada alternatif lain untuk keluar dari krisis tersebut, yakni dengan membuat teknologi penjernih air massal.

“Perlu pemanfaatan air marjinal, yaitu air di sekitar manusia yang tak pernah dimanfaatkan seperti air laut, air sungai, air gambut atau air sisa pertambangan,” kata Rachmat, Senin (5 Agustus 2019).

Program lainnya dengan mengurangi beban penduduk Jawa, seperti pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan. Juga dengan melakukan edukasi pada masyarakat untuk mempraktikkan budaya hemat air.

Jika tak segera ditangani, diprediksi efek rantai kelangkaan air akan berlanjut hingga menurunnya produksi beras. Beberapa daerah akan mengalami gagal panen dan krisis energi juga akan segera datang. Ketika krisis kebutuhan datang, maka inflasi menjadi tak terhindarkan.

KLIK INI:  Perkenalkan, Ancaman Sungai di Dunia yang Bernama Antibiotik