Isu Perubahan Iklim Perlu Diinternalisasi dalam Kurikulum Pendidikan

oleh -126 kali dilihat
Isu Perubahan Iklim Perlu Diinternalisasi dalam Kurikulum Pendidikan
Siswa SDN Borong memperlihatkan puisi yang ditulisnya dan gambar sebagian badan rumah yang terendam air.

Klikhijau.com – Isu perubahan iklim benar-benar harus diketengahkan sebagai suatu isu global. Ini penting agar semua orang bahkan sejak dini dapat memahami masalah perubahan iklim serta bagaimana bertindak mengatasi krisis iklim yang terjadi.

Oleh sebab sebab itu, perlu mendorong kesadaran (awareness) masyarakat dan para pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap fenomena perubahan iklim dan pengelolaan lingkungan hidup. Pendeknya, internalisasi isu perubahan iklim dalam pendidikan secara kuat perlu dilakukan.

Internalisasi ini dapat diwujudkan melalui penyusunan kurikulum yang memuat isu-isu perubahan iklim dan lingkungan. Para siswa sejak dini sudah mesti memahami betapa ada isu krusial di lingkungan kita. Edukasi ini sekaligus dapat menjadi bagian dari mitigasi bencana bencana iklim.

Topik ini menjadi bahan perbincangan pada diskusi bertajuk “Internalisasi Perubahan Iklim dalam Kurikulum Pendidikan” yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rabu, (17/3).

KLIK INI:  Yang Tak Terduga dari Dampak Perubahan Iklim
Pendidikan lingkungan hidup di sekolah

Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Sarwono Kusumaatmadja mengatakan pendidikan adalah suatu proses untuk memahami serta menghayat informasi yang kita dapatkan sehingga informasi dapat digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.

“Saya juga melihat kita ini dididik hanya untuk menghafal, kita tidak dapat melihat persis bedanya dengan memahami, padahal orang yang hafal belum tentu bisa memahami,” kata Sarwono.

Ia juga berharap betapa pentingnya suatu metode pendidikan yang tepat dalam menghadapi gejala perubahan iklim secara konseptual, strategis dan efektif.

Kepala Dinas LH Kota Sukabumi, Jawa Barat, Adil Budiman, yang menjadi narasumber diskusi mengatakan internalisasi pendidikan lingkungan telah berjalan di daerahnya.

Menurutnya, pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Kota Sukabumi dilaksanakan melalui dua metode, yaitu metode monolitik dengan memasukkan materi pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu muatan lokal sekolah, dan metode Integrasi dimana materi pendidikan lingkungan hidup mewarnai semua mata pelajaran.

“Kunci pencapaian yang dilakukan kota Sukabumi terkait pengembangan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah adalah adanya Komitmen dari seluruh elemen sekolah. Perubahan perilaku berbudaya lingkungan yang melibatkan seluruh masyarakat, dan SDM Pendidik dan Peserta Didik. Tanpanya, program Adiwiyata tidak berkesinambungan ke lapangan, “terang Adil.

KLIK INI:  Perubahan Iklim Gugah Pelaku Musik di Inggris Bersatu

Ahli Peneliti Utama Puslitbang Hutan BLI KLHK, Hendra Gunawan, menyampaikan pengalamannya dalam menyusun muatan muatan lokal pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove di Indramayu.

Menurut Hendra, untuk mewujudkan Pendidikan Lingkungan Hidup tematik mangrove, harus bersifat integratif dan diperlukan komitmen dan kolaborasi dari semua pihak.

Pendidikan karakter cinta hutan bakau dan cinta lingkungan pada umumnya perlu ditanamkan dan diwariskan lintas generasi serta diformalkan dalam kurikulum.

Senada dengan itu, Kepala Bidang Pengembangan Generasi Lingkungan, Puslatmas dan PGL, BP2SDM, KLHK, Asri Tresnawati, menyampaikan bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu strategi menuju perubahan perilaku masyarakat peduli lingkungan.

Karenanya, upaya perbaikan lingkungan harus dimulai dari perubahan perilaku yang ramah lingkungan dan peran aktif baik dalam pendidikan formal maupun non-formal.

Sejauh ini hampir semua sekolah sebenarnya telah memasukkan materi lingkungan hidup dalam pembelajaran. Hal ini diakui pula oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Ramli Yanto.

Menurut Ramli, di Jawa Timur, pihaknya lebih menekankan pada insersi kurikulum, yaitu insersi isu lingkungan hidup dalam mata pelajaran yang berkaitan, karena dampak kerusakan lingkungan sama bahayanya dengan radikalisme , narkoba, dan korupsi.

“Harapannya sekolah bukan sekedar menuntaskan kurikulum, namun juga cinta lingkungan menjadi habituasi bagi siswa-siswi dan para pengajar di sekolah,” katanya.

Menutup sesi diskusi, Sarwono Kusumaatmadja mengatakan perlunya suatu pematangan konsep ke depan dalam pendidikan lingkungan hidup, khususnya untuk isu perubahan iklim.

KLIK INI:  11 Lagu Anak-anak yang Cocok jadi Bekal Pendidikan Lingkungan