Ibu Atma, Perempuan yang Mencintai Sampah

oleh -123 kali dilihat
Ibu Atma, Perempuan yang Mencintai Sampah
Ibu Atma (tengah) bersama Mashud Azikin (MTS) dan Wahyuddin Yunus - Foto: Ist

Klikhijau.com – Awal bulan dalam penanggalan baru di bulan Agustus 2022, KLIKHIJAU bersama komunitas Manggala Tanpa Sekat (MTS) mengadakan sharing session bertajuk, “Brain Storming : Ekonomi Sirkular dan Ruang Kolaborasi Penanggulangan Sampah di Kota Makassar”, Senin sore (01/8/2022).

Hadir sebagai Narasumber pada kegiatan tersebut Editor in Chief Klikhijau, Anis Kurniawan, Sang pemburu limbah plastik (P3LI), Makmur. Ada juga Ibu Atma, Owner/Pengelolah Bank Sampah Kemuning, dan Mashud Azikin selaku Founder Manggala Tanpa Sekat, yang selama ini bergerak dan fokus mengelolah sampah organik.

Dalam kesempatan sebagai pemantik kedua dalam diskusi, selaku pemandu diskusi saya mempersilahkan Ibu Atma untuk berbicara.

Sebelum bersuara, wajah Ibu Atma tampak sedikit haru, bahkan berlanjut saat mengawali kisah dan perjalanannya bersentuhan dengan sampah.

Selaku pendiri dan pengelolah Bank Sampah Kemuning dari rumahnya, ia mengalami banyak tantangan. Berbagai komentar skeptis terucap dengan nanar atas sikap dan pilihan geraknya.

KLIK INI:  Di Tangan Rudi Ngowos, Popok Bekas Menjelma Jadi Benda Berharga

Sosok yang Mencintai Sampah

Sebagai pensiunan PNS, Ibu Atma mengelolah Bank Sampah Kemuning dengan jumlah nasabah 100-an orang, praktis membuat kediamannya di kompleks Minasa Upa menjadi pemandangan sampah yang menggunung dalam jejeran puluhan bahkan ratusan karung.

Namun keuletan, ketekunan, dan kejujurannya menjadi pilihan bagi pemulung untuk menjual sampahnya. Setiap pemulung yang datang ke rumahnya demi menyetor sampah, dicatatnya dengan rapih dalam buku tabungan.

Ia juga dengan telaten menghitung jumlah pendapatan setiap pemulung sambil menyelipkan sejumlah uang kertas dalam buku tabungan tersebut. Tak sampai disitu Ibu Atma ikut membungkus buku tabungan sampah dengan plastik transparan agar tak mudah rusak.

Dari rumahnya, Ibu Atma menjadi sasaran bagi para pemulung untuk menjual sampahnya. Rumahnya mudah dikenali. Posisi rumah terletak di sudut jalan dengan garasi terletak disisi jalan. Di dalam garasi ini, ada banyak tumpukan sampah kategori kering. Di sela-sela jejeran sampah menjadi perlintasan untuk dilalui dengan siksak.

Demi melihat langsung aktivitas Ibu Atma, kami pun bergegas masuk garasi. Kami diperlihatkan jenis yang dikumpulkan hingga hingga ruang belakang garasi.

KLIK INI:  Trashed dan 4 Film Lainnya akan Ubah Sikap Cuek pada Lingkungan Jadi Cinta

Cerita awal perjumpaan

Awal perjumpaan saya dengan Ibu Atma sejatinya sudah terjadi sejak 14 Juli 2022. Saat itu Anis Kurniawan dari klikhijau.com mengajak saya dan Mashud Azikin, founder MTS untuk ikut menyambangi kediaman Ibu Atma.

Rumah besar itu sepintas dari luar tampak tak berpenghuni. Dari balik pagar hanya terlihat tumpukan karung plastik sampah yang membuat teras rumah jadi sempit. Saat kami menghampiri pintu pagar tulisan dikarung terlihat dengan jelas ‘Bank Sampah’.

Di samping rumah ada garasi. Tempat ini tak luput dari tumpukan berbagai jenis sampah kering. Area ini menjadi tempat Ibu Atma beraktifitas untuk memilah sampah dalam kategori sejenis.

Mulai dari kardus, rak telur, kertas/buku, kaleng, plastik air gelas, botol plastik hingga tutup botolnya bersemayam di sini, menanti dipersatukan berdasarkan warna dan kelompok yang sama.

Hujan perlahan mulai reda. Tak lama berselang kami pamit untuk pulang. Ibu Atma ikut mengantar kami sampai depan rumahnya. Saat kami mulai menghampiri kendaraan, Ibu Atma dengan sigap memungut potongan kertas yang tergolek basah disamping mobil. “Ini juga akan ada harganya,” ujar Ibu Atma saat saya melihatnya secara tak sengaja.

Kejadian itu begitu membekas, hingga Ibu Atma memenuhi memenuhi undangan komunitas Manggala Tanpa Sekat untuk berbagi kisahnya dalam Rembuk komunitas MTS.

KLIK INI:  Ecobrick dari Russel Maier Hingga ke MA GUPPI Kindang