- Menyerap Sensasi Hijau Donggia Bersama TBM Al-Abrar, Bulukumba - 01/10/2024
- Dipeluki Sampah - 29/09/2024
- Yudi, Urang Aring yang Tak Terawat, dan Manfaatnya yang Mengejutkan - 27/09/2024
Air hujan yang awalnya cair itu tetiba saja jadi es
Klikhijau.com – Hujan yang turun di Aceh Tengah selama 10 menit itu sungguh tak biasa. Jika selama ini hujan hanyalah butiran air, maka Ahad lalu, 7 Juli 2019 air hujan berubah es.
Perubahan air hujan dari cair menjadi beku kemudian lebih dikenal dengan nama hujan es. Peristiwa itu bukan pertama kalinya terjadi di Negeri Serambi Mekah.
Sebelumnya hujan es disertai angin kencang puting beliung pernah mampir di Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Selasa, 5 Maret 2019 lalu. Peristiwa serupa terjadi, Selasa, 27 Maret 2019 hujan es kembali terjadi di dua desa yakni Ujung Gele dan Pepalang di Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah.
Lalu bagaimana hujan es bisa tiba di Indonesia yang beriklim tropis. Menurut tulisan Fadrik Aziz Firdausi 24 November 2018 lalu di tirto.id. Secara ilmiah, hujan es adalah peristiwa lazim di musim pancaroba.
Kepala Pusdatin dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan bahwa hujan es adalah fenomena alam biasa yang jamak terjadi pada masa pancaroba. Dalam meteorologi fenomena hujan es ini disebut “hail”.
“Kondisi aman dan ini peristiwa alamiah saja. Bukan ada yang menjatuhkan es dari angkasa. Hanya saat kondensasi di atmosfer melewati batas level super beku,” kata Sutopo.
Karena awan hujan
Menurut tulisan Azis, kondensasi uap air proses terjadinya hujan es dimulai dari kondensasi uap air yang membentuk awan Cumulonimbus (Cb) alias awan hujan. Ini adalah jenis awan yang terbentuk nisbi dekat permukaan tanah, rata-rata sejarak 2 kilometer.
Peristiwa ini dijelaskan Encyclopedia Britannica bahwa awan ini terbentuk dari massa udara panas dan uap air yang terangkat ke atmosfer. Massa udara panas dan uap air ini bercampur dengan udara yang lebih dingin dan lebih kering sehingga terus membesar membentuk menara awan yang sangat tinggi.
Tingginya bisa mencapai 10 kilometer dengan luasan sekitar 3-5 kilometer. Awan akan terus tumbuh hingga ketinggiannya mencapai lapisan stratosfer.
Dalam kondisi biasa awan Cb dengan akumulasi uap air yang besar akan mencurahkan hujan dalam bentuk likuid. Namun, dalam kondisi tertentu puncak awan ini mencapai ketinggian di mana suhu udara di bawah nol derajat celcius.
Di level itulah uap air kemudian mulai membeku dan membentuk kristal-kristal es. Jumlah kristal es meningkat dengan cepat dan ukurannya membesar.
Jika semakin membesar, arus massa udara naik tak akan bisa lagi mengapungkannya. Jadilah kristal-kristal es itu berjatuhan.
Fenomena hidrometeorologi
Ketika jatuh kristal es itu akan melewati lapisan udara yang lebih hangat sehingga ia akan meleleh kembali menjadi cair dan turun sebagaimana hujan biasanya.
Akan tetapi ada kalanya kristal es itu melewati lapisan udara yang tetap dingin sehingga pencairan tak terjadi. Bahkan, menggumpal membentuk batu es.
Fenomeman hujan es disertai angin kencang yang terjadi di Aceh ini merupakan salah satu fenomena hidrometeorologi biasa. Kemungkinan akan terjadi setelah memenuhi beberapa syarat.
Azhar AP menulis di Indonesiainside.id, syarat utama, yakni hadirnya awan-awan konvektif atau awan hujan tumbuh di dalam awan Cb berada di lapisan atmosfer, lalu memiliki dasar awan yang sangat rendah, dan terakhir bila massa udara di bawah permukaan awan memiliki suhu yang sangat dingin.
Hujan es yang turun dari awan Cb menuju ke bumi tersebut lazimnya berbentuk kristal-kristal berukuran kecil atau mirip batu es kecil, akibat uap air yang terkumpul ketika berada di awan Cb pada lapisan atmosfer.
“Tentu jika tiga syarat itu, sudah terpenuhi. Maka besar kemungkinan hujan turun berbentuk seperti butiran es, setelah uap air tersebut berada di awan Cb. Saat itu hujan es sangat rawan terjadi,” ungkap Zakaria Ahmad
Zakaria Ahmad adalah Kepada Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Aceh. Menurutnya bencana hidrometeorologi merupakan peristiwa alam akibat terjadi perubahan faktor cuaca, seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, angin kencang, puting beliung, dan lain sebagainya