Hari Bumi Sedunia 2021, Kolaborasi Pulihkan Bumi

oleh -219 kali dilihat
Hari Bumi Sedunia 2021, Kolaborasi Pulihkan Bumi
Ilustrasi Happy Earth Day - Foto/Earth911

Klikhijau.comHari bumi sedunia diperingati setiap 22 April menjadi momen penting untuk mengintrospeksi diri atas bumi kita.

“Restore Our Eart” atau “Pulihkan Bumi” adalah tema besar yang diusung tahun ini—suatu tema yang sangat kritikal dan seolah menggeruduk kesadaran bersama.

Yah, bumi memang sedang berada pada fase yang mencemaskan dengan kompleksitasnya. Sementara manusia yang menghuninya sedang bergerak kencang memacu target ambisius untuk pertumbuhan dan kemajuan.

Narasi besar inilah yang mengubah wajah bumi dan melahirkan ragam bencana ekologis bertubi-tubi.

Seperti seseorang yang tak henti berlari dan terus diintrogasi, ia tersengal dan kehilangan kekuatan. Begitulah bumi kita dengan sumber dayanya yang terus dieksploitasi tanpa menimbang carryng capasity-nya. Bumi dikeruk bahkan dirusak setiap saat atas nama ambisi pembangunan ekonomi dan mungkin kesejahteraan.

KLIK INI:  Hari Bumi, WALHI Sulsel Serukan Selamatkan Bumi dan Pulihkan Sulawesi Selatan
Kolaborasi pulihkan bumi

Pada titik yang lain, aksi-aksi pemulihan bumi tidak mengimbangi aksi-aksi eksploitasi yang laten. Padahal, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan sepohon kayu dengan tinggi menjulang dan melindungi—tetapi bagi para penyelundup, hanya perlu waktu sekejap mata menebangnya tanpa sisa.

Begitu pula dengan harmoni pada ekosistem dengan keanekaragaman hayatinya. Mereka telah membangun kehidupan dan peradabannya sendiri, tetapi merusak habitatnya dalam sekejap adalah tragedi pada ekosistem.

Manusia mereguk keuntungan (boleh jadi begitu), namun untuk waktu yang sekejap. Setelahnya, lingkungan mengalami masalah. Kehilangan keanekaragaman hayati berarti merusak tatanan kehidupan di hutan yang pada ujungnya mengancam kehidupan manusia sendiri.

Pada usia bumi yang menua ini dan seiring pertumbuhan populasi manusia, kita menghadapi aneka kelangkaan sumber daya fundamental untuk hidup. Mulai dari ancaman krisis pangan, kelangkaan air, udara yang bersih dan seterusnya.

Singkat kata, kualitas lingkungan kita terus memburuk baik di darat, di udara dan di lautan. Daya rusak di bumi tampaknya melaju lebih kencang dari waktu yang diperlukan untuk menanam pohon atau memperbaiki sungai yang tercemar.

KLIK INI:  Kecemasan di Negeri tanpa Narasi Sadar Lingkungan
Hari bumi dan kesadaran nurani

Semua kerusakan di bumi, terjadi akibat ulah manusia. Sangat mungkin karena paradigma pembangunan kita yang sepenuhnya bersandar pada mashab developmentaslime. Bumi terjarah dan kehilangan kemampuannya untuk menampung hasrat manusia yang tanpa batas.

Maka sekali lagi tema hari bumi sedunia “Restore Our Earth” juga berarti suatu panggilan jiwa pada kita semua. Tanpa memandang profesi, usia bahkan disiplin keilmuan—mari bersama-sama memulihkan bumi.

Panggilan jiwa dan semangat kolaborasi ini pula yang menggelora pada 51 tahun lalu ketika deklarasi hari bumi pertama dideklarasikan pada 1970. Suatu momen penting dimana kesadaran intelektual secara kolektif terpantik atas kegalauan menyaksikan bumi yang diliputi aneka duka lara.

Sejarah mencatat betapa hari bumi yang sejatinya muncul di awal tahun 1960-an di Amerika Serikat adalah respons kritis atas massifnya pencemaran lingkungan.

Hari bumi sedunia
Ilustrasi-Foto/livegreen2go
KLIK INI:  Kita yang Terbiasa Menelantarkan Sampah Koran Bekas

Kekhawatiran akan kerusakan akibat pencemaran dan industrialisasi yang pesat di masa itu sempat diabadikan oleh Rachel Carson dalam bukunya berjudul “Silent Spring (1962)” yang berkisah mengenai bahaya pestisida di pedesaan Amerika.

Lalu, beberapa tahun setelahnya sebuah tragedi besar terjadi yakni kebakaran besar di Sungai Cuyahoga, Cleveland akibat pembuangan limbah kimia ke sungai. Inilah tragedi krusial yang memantik kesadaran kolektif untuk melindungi sumber daya alam.

Sejak itu pula, yakni di tahun 1969, bermunculan aktivis peduli lingkungan yang fokus menyoroti isu pencemaran lingkungan berskala besar, seperti polusi udara oleh pabrik dan pembuangan limbah yang belum diatur secara ketat.

Jadi, semangat Hari Bumi amat jelas secara historis, untuk membangkitkan kembali perhatian kita pada masalah lingkungan yang berdampak pada kualitas lingkungan.

Pandemi Covid-19 sejatinya menginspirasi kita untuk kembali memandang bumi sebagai ruang yang perlu dijaga dengan cinta. Para ilmuan mengaitkan pandemi dengan kerusakan keanekaragaman hayati dan bila tidak segera kita akhiri eksploitasi berlebihan, wabah lain dengan skala lebih besar boleh jadi menanti kita.

Ayo kita memulai melakukan sesuatu untuk bumi. Dimulai dari diri sendiri, keluarga dan komunitas kita. Dari hal-hal kecil yang dapat berdampak luas pada bumi.

Mari berkolaborasi! Bila perlu, kita rayakan hari bumi setiap hari dan setiap detiknya agar segala tindak tanduk kita memastikan tak merusak tatanan bumi!

KLIK INI:  3 Peristiwa Penting di Balik Lahirnya Hari Bumi 22 April