Hari Air Sedunia, Menghargai Air Lebih dari Sekadar Harganya

oleh -180 kali dilihat
Hari Air Sedunia, Menghargai Air Lebih dari Sekadar Harganya
Ilustrasi air - Foto/Yoann Boyer di Unsplash
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Hari air sedunia diperingati pada tanggal 22 Maret setiap tahunnya. Momen ini sangatlah penting mengingat air merupakan kebutuhan dasar manusia—namun ancaman krisis air sedang di depan mata akibat perubahan iklim dan populasi manusia yang meningkat.

Tema Hari Air Sedunia tahun ini adalah bagaimana menghargai air. Tema ini tentu relevan dengan ancaman krisis air yang melanda dunia saat ini.

Air memiliki nilai yang tak pernah sebanding dengan harganya. Hal ini karena air bersinggungan erat dengan segala dimensi kehidupan baik ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologi.

Semua orang di dunia harus menyadari bahwa akses pada air bersih adalah aspek penting yang perlu dijaga. Diantaranya dengan menjaga sumber-sumber mata air, melestarikan lingkungan, menjaga kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tentu saja menjaga hutan.

KLIK INI:  Siklus Air Berputar Lebih Cepat di Tangan Perubahan Iklim
Jejak Hari Air Sedunia

Ada sekira 2,2 miliar manusia di bumi yang membutuhkan akses air bersih. Faktanya, ketersediaan air menjadi masalah di sejumlah tempat terutama karena dampak perubahan iklim.

Dikutip dari laman resmi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), gagasan memperingati Hari Air ini diadakan sejak 1992. Tepatnya pada momen Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Janeiro Brazil.

Di tahun yang sama, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menyatakan tanggal 22 Maret setiap tahun sebagai Hari Air Sedunia. Tahun berikutnya yakni pada 1993 menjadi tahun pertama peringatan hari air sedunia yang kemudian berlanjut hingga kini.

Secara global, isu air ditempatkan sebagai suatu narasi penting mengingat pentingnya air bagi manusia. Pada tahun 2013 misalnya digelar Tahun Kerjasama Internasional di bidang air, serta Dekade Aksi Internasional tentang air untuk agenda sustainable development yang dimulai sejak 2018 hingga 2028 mendatang.

Aksi-aksi ini dibuat karena semua negara di dunia menyadari betapa air dan sanitasi menjadi problem kunci dalam isu pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan lingkungan hidup.

KLIK INI:  Pemkot Pontianak Larang Penggunaan Kemasan Plastik dalam Rapat
Pesan dari tema tahun ini

Seperti dijelaskan di awal bahwa tema Hari Air Sedunia pada 2021 adalah tentang arti air bagi manusia, nilai sebenarnya, dan bagaimana kita dapat melindungi sumber daya ini secara baik.

Berdasar pada data UN Water dari PBB, saat ini 1 dari 3 orang hidup tanpa bisa memenuhi pasokan air minum dengan aman. Bahkan, diprediksi, pada 2050, akan ada 5,7 miliar orang yang tinggal di daerah yang mengalami krisis air, sedikitnya selama satu bulan dalam setahun.

Cuaca ekstrem telah ditengarai bakal memicu lebih dari 90 persen bencana besar satu dekade terakhir. Pada 2040, permintaan energi global akan meningkat lebih dari 25 persen dan permintaan pasokan air diperkirakan naik lebih dari 50 persen.

Jika kita membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, maka dapat mengurangi tekanan kebutuhan air akibat iklim hingga 50 persen. Karenanya, merawat dan menjaga pasokan air bersih sangatlah fundamental.

Pada saat yang sama, isu air juga berkaitan dengan sanitasi. Sanitasi yang buruk jadi awal berbagai penyakit, seperti diare dan stunting.

Pasokan air dan sanitasi tahan iklim dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 360.000 bayi setiap tahun. Faktanya, ada sekira 4,2 miliar orang di dunia tidak memiliki manajemen dan layanan sanitasi yang baik.

KLIK INI:  Agar Tidak Bablas, Ini Sederet Cara Bijak Menggunakan Air
Air di masa pandemi

Kebutuhan air di masa pandemi meningkat seiring dengan anjuran ketat untuk memakai masker, jaga jarak dan cuci tangan yang lebih intens.

Riset Indonesia Water Institute (IWI) mencatat bahwa pola pemakaian air bersih selama pandemi meningkat tiga kali lipat, sementara nilai belanja air bersih warga naik seira 20 persen.

Semua orang menyadari betapa mencuci tangan harus menjadi budaya demi menekan penularan Covid-19. Dalam situasi demikian, kebutuhan dan ketersediaan air adalah pekerjaan rumah ke depan.

Ini penting agar bencana kelangkaan air dapat diminimalisir. Data dari PBB melalui Sustainable Development Goal 6, tercatat ada 40 persen orang dari populasi di dunia atau sekitar 3 miliar orang tidak memiliki fasilitas untuk mencuci tangan dengan air dan sabun.

Sekitar 24 juta penduduk Indonesia kesulitan mendapatkan air bersih dan 38 juta lainnya belum memiliki akses kepada fasilitas sanitasi yang baik.

Pandemi semestinya mendidik kita dan terutama para pengambil kebijakan untuk lebih serius menjaga sumber daya air, agar kelak anak cucu kita tak menderita laksana di padang pasir.

Selamat hari air sedunia, lebih dari sekadar harganya, air adalah kehidupan itu sendiri!

KLIK INI:  HKAN diwarnai Momen Pelepasliaran Satwa, Tukik di Lombok dan Kukang di Agam