Energi Terbarukan Jadi Pembangkit Listrik Utama di Uni Eropa

oleh -176 kali dilihat
Hilangkan Solusi Palsu dari RUU EBET
Ilustrasi solar sel - Foto/Angie Warren - Unsplash
Azwar Radhif

Klikhijau.com – Uni Eropa perlahan mulai merubah kecenderungan penggunaan bahan baku pembangkit listriknya, dari yang sebelumnya didominasi energi fosil beralih ke energi terbarukan.

Menyusutnya penggunaan energi fosil di Eropa sejalan dengan kesepakatan hijau UE. Mereka menargetkan pada tahun 2030 permintaan listrik dari energi terbarukan meningkat menjadi 100 TwH.

Energi Baru Terbarukan (EBT) di Uni Eropa pada tahun 2020 mendominasi energi pembangkit listrik di benua ini, mengalahkan penggunaan energi fosil yang selama ini menguasai sumber energi pembangkit listrik. Energi Tenaga Bayu dan Tenaga Surya menjadi sumber energi yang populer di benua biru ini.

Dalam laporan Ember dan Agora-energiewende, energi terbarukan seperti matahari dan angin memasok 38% energi pembangkit listrik di 27 negara anggota UE.

Meningkat 10% dari tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, penggunaan energi fosil seperti batubara dan gas mengalami penurunan dari sebelumnya 43% di tahun 2015 menjadi 37% tahun 2020 kemarin.

Denmark menjadi negara yang paling banyak menggunakan energi terbarukan diantara negara UE-27. Porsi penggunaan EBT di negara ini sebesar 62% di tahun 2020.

KLIK INI:  Wow, Puntung Rokok Bisa Diubah Jadi Sesuatu Bernilai Hijau

Besarnya penggunaan energi terbarukan di negara ini disusul kebijakan pro energi terbarukan yang juga tak lepas dari perhatian masyarakat Denmark akan isu climate change akibat penggunaan bahan baku fosil.

Selain Denmark, penggunaan bahan baku fosil juga cukup besar di beberapa negara Eropa lainnya, seperti Irlandia (35%), Jerman (33%), Spanyol (29%) dan Yunani (27%).

Tren positif penggunaan energi terbarukan sebagai pembangkit listrik juga kian pesat di beberapa negara eropa lainnya. Belanda mengalami kenaikan 40% dari pemanfaatan EBT dari tahun 2019 ke 2020. Pemanfaatan energi terbarukan terbesar dipegang Jerman dengan 186 TwH di tahun 2020.

Tren transformasi energi ini didukung kesadaran masyarakat eropa yang memberi perhatian lebih pada dampak lingkungan dari eksploitasi energi fosil.

Negara-negara yang tergabung dalam UE-27 menyepakati kesepakatan hijau Eropa dengan menaruh target rata-rata 100 TwH di tahun 2030, dari sebelumnya telah tercapai 38 TwH sepanjang 2010-2020.

KLIK INI:  Caleg, Musuh Baru Bagi Pepohonan

Sepanjang tahun 2020, terjadi penurunan penggunaan listrik global. Data dari World Energi Outlook mengamati penurunan penggunaan energi listrik global sebesar 5% selama pandemi. Penurunan listrik juga berdampak pada penurunan penggunaan energi fosil seperti minyak yang turun 8% dan batu bara 7%. Berbanding terbalik dengan meningkatnya penggunaan energi terbarukan.

Indonesia sendiri nampaknya masih harus berbuat lebih untuk memanfaatkan energi terbarukan.

Data dari Mongabay menjelaskan hingga 2019 lalu pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 8%, dimana 92% diantaranya masih menggunakan bahan bakar fosil. Batubara masih menjadi energi pembangkit listrik utama di Indonesia.

Potensi energi terbarukan di Indonesia terbilang cukup besar. Beberapa energi terbarukan seperti matahari, angin, air, panasbumi dan lain sebagainya mampu menghasilkan sediitnya 442 GW arus listrik.

Wacana energi terbarukan masih memerlukan ruang-ruang sinergitas keilmuan untuk menggaungkan pemanfaatan energi ramah lingkungan.

KLIK INI:  Porang Jadi Komoditi Andalan Kelompok Tani Hutan Maros