Energi Baru Terbarukan, Kekuatan Baru Energi Dunia

oleh -262 kali dilihat
Energi Terbarukan Bisa Kurangi Risiko Kesehatan Hingga 80 Persen
Ilustrasi foto okezone.com

Klikhijau.com – Jika kamu berkunjung ke Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Kamu akan melihat baling-baling besar. Baling-baling itu adalah sumber energi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) atau angin.

Pembangkit listrik tersebut adalah sumber energi baru terbarukan. Energi yang digadang-gadang akan menjadi kiblat masa depan.

Saat ini pembangkit listrik non fosil memang sedang gencar dibangun, karena lebih berkelanjutan. Di Sulawesi Selatan sendiri sudah ada dua energi bayu, satunya ada di Kabupaten Sidrap, yang menjadi PLTB pertama di Indonesia.

Sumber energi terbarukan bukan hanya bayu, tapi juga air dan sinar matahari. Sebagai energi masa depan, sebuah studi baru-baru ini menemukan energi baru terbarukan dipercaya dapat memenuhi sebagian besar energi dunia.

KLIK INI:  Misterius, Pantai di Inggris Diserbu Ribuan Kepiting Mati

Hasil studi tersebut dipublikasikan di  Nature Communications.  Menurutnya  bahkan negara-negara industri yang paling membutuhkan pasokan listrik yang besar dapat mengandalkan energi terbarukan, khususnya angin  dan matahari.

Studi itu dipimpin oleh para peneliti dari University of California, Irvine (UCI) untuk mengatasi kekhawatiran yang diajukan oleh kritik terhadap energi terbarukan.

Ketika sedang dunia berjuang untuk menjauh dari bahan bakar fosil. Para pengkritik  menentang perubahan, mereka berpendapat bahwa energi terbarukan tidak dapat memenuhi kebutuhan energi negara-negara industri dengan cukup memadai.

Untuk menanggapi kritik itu, para peneliti  penelitian ini menganalisis kebutuhan listrik per jam dari 42 negara maju selama 39 tahun terakhir.

Angin dan matahari bisa jadi andalan

Hasilnya, mereka menemukan bahwa tenaga angin dan matahari dapat menutupi hingga 80 persen dari kebutuhan energi di sebagian besar negara maju. Menariknya meski tanpa memerlukan penyimpanan yang berat.

Bahkan lebih lanjut, studi ini menemukan pula bahwa angin dan matahari dapat menutupi 72-91 persen kebutuhan energi di sebagian besar negara yang diteliti.

KLIK INI:  PT Poso Energy, Menerangi Sulawesi dari Sungai Poso

Dengan peningkatan penyimpanan baterai 12 jam, angin dan matahari dapat memenuhi 83-94 persen kebutuhan daya di sebagian besar negara.

“Angin dan matahari dapat memenuhi lebih dari 80 persen permintaan di banyak tempat tanpa jumlah penyimpanan yang besar atau kapasitas pembangkit yang berlebihan, yang merupakan titik kritis,” kata Steve Davis, profesor ilmu sistem Bumi UCI.

“Tetapi tergantung pada negaranya, mungkin ada banyak periode multi-hari sepanjang tahun. Ketika beberapa permintaan perlu dipenuhi oleh penyimpanan energi dan sumber energi non-fosil lainnya di masa depan tanpa karbon,” lanjutnya.

Para peneliti ini berkolaborasi dengan para ahli dari Universitas Tsinghua China, Carnegie Institution for Science , dan Caltech.

Sulit menghapus bahan bakar fosil

Penulis laporan itu setuju, idak mungkin untuk menghapus secara bertahap bahan bakar fosil dalam sekejap. Namun, mereka mengatakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang konsisten dari semua pemangku kepentingan.

KLIK INI:  Ballo Tala Jeneponto akan Jadi Bahan Baku Bioetanol

“Data sejarah menunjukkan bahwa negara-negara yang lebih jauh dari khatulistiwa kadang-kadang dapat mengalami periode yang disebut ‘kelesuan gelap’. Di mana ketersediaan tenaga surya dan angin sangat terbatas ,” kata penulis utama Dan Tong, asisten profesor ilmu sistem bumi di Universitas Tsinghua.

Para ilmuwan memberi contoh situasi baru-baru ini di Jerman— yang membuat negara itu tanpa solar selama dua minggu.

Mengacu pada situasi seperti itu, mereka mengatakan bahwa hanya negara-negara kecil dengan permintaan daya tinggi seperti Jerman yang mungkin tidak dapat mengukur kebutuhan energi mereka.

“Itu tergantung pada perbedaan antara yang sulit dan yang tidak mungkin. Akan sulit untuk sepenuhnya menghilangkan bahan bakar fosil dari campuran pembangkit listrik kita, tetapi kita dapat mencapai tujuan itu ketika teknologi , ekonomi, dan kemauan sosial-politik selaras, ”kata Davis.

Dengan adanya penemuan tersebut, tentu bisa jadi kabar segar bagi Indonesia, yang telah memulai membangun PLTB. Tinggal bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan potensi sumber energi lainnya, seperti air dan matahari serta kerelaannya melepas energi fosil sebagai pembangkit listrik yang telah “kuno”.

KLIK INI:  Perempuan Lebih Menderita Jika Terjadi Kekeringan?

Sumber: Inhabitat