Eco Camp: Bakti Merdeka, Kolaborasi Jaga Mangrove di Luppung Bulukumba

oleh -203 kali dilihat
Eco Camp Bakti Merdeka, Kolaborasi Jaga Mangrove di Luppung Bulukumba
Pembukaan kegiatan Eco Camp yang digelar Klikhijau dan BPDAS HL KLHK di Mangrove Luppung Bulukumba - Foto: Ist

Klikhijau.com – Rangkaian kegiatan Eco Camp bertajuk Bakti Merdeka Kolaborasi Jaga Mangrove, Jaga Kehidupan, yang digagas Klikhijau.com bekerjasama  dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Jeneberang Saddang KLHK, berlangsung meriah di Kawasan Wisata Mangrove Luppung Manyampa, Kecamatan Ujung Loe, Bulukumba. Sabtu, (13-14/8/2022).

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Seksi Evaluasi mewakili Kepala BPDASHL Jeneberang Saddang, Abdul Azis. Dalam sambutannya, Abdul Azis menyampaikan terimakasih kepada masyarakat dan pegiat lingkungan yang menaruh perhatian terhadap lingkungan.

“Terima kasih juga pak desa telah turut memperhatikan lingkungan, yang tidak hanya konsen pada pesisir tapi juga memperhatikan penghijauan di daratan. Saya senang dan bangga berada di tengah-tengah Pemuda dan masyarakat pemerhati lingkungan. Alhamdulillah, sudah semakin banyak orang yang mengambil peran dan berpartisipasi dalam menjaga lingkungan,” ungkap Azis.

Dihadapan para tamu yang hadir, Abdul Azis menyampaikan pihaknya siap mendukung aktivitas penghijauan terutama dalam hal ketersediaan bibit untuk ditanam.

Ketua Panitia kegiatan, Arman Jaya, sebelumnya menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mengambil peran besar masing-masing dalam berpartisipasi pada kegiatan Bakti Merdeka ini.

KLIK INI:  Ingin Tahu 15 Komunitas Peduli Lingkungan di Sulawesi Selatan? Klik Ini!

“Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan yang telah dirumuskan oleh tim Klikhijau.com. Ini merupakan metode sosialisasi dan kampanye pelestarian ekosistem mangrove untuk milenials dan komunitas pemuda. Diharapkan dapat memberi edukasi dan pengetahuan mendalam pada para komunitas dan milenials agar lebih memahami pentingnya pelestarian dan perlindungan ekosistem mangrove,” kata, Arman yang juga pemuda Desa Manyampa.

Tak hanya itu, lanjut Arman, kegiatan ini juga menjadi kesempatan kepada yang telah menyempatkan hadir dalam memperluas jangkauan kolaborasi dan partisipasi dari pemuda dan komunitas untuk aksi-aksi pelestarian dan pemulihan ekosistem mangrove.

“Memperkuat support system dalam masyarakat khususnya pemuda sehingga peran serta semakin luas, menyatukan visi dan pemahaman mengenai pentingnya ekosistem mangrove serta perumusan aksi-aksi kongkrit yang bisa dilaksanakan setiap pemuda dan komunitas,” jelas Arman menjelaskan tujuan kegiatan berdasarkan Term Of Reference.

Ragam kegiatan

Tujuan tersebut dikemas melalui berbagai kegiatan, diantaranya pemutaran film dan diskusi pelestarian ekosistem mangrove dengan Nonton Bareng (Nobar) video dokumenter Blue Forest, berjudul Mangrove Harapan dan Kehidupan.

Selain itu ada pula pelatihan penulisan Isu Lingkungan, Pagelaran Teater Sanggar Seni Budaya Alfarabi. Lalu dilanjutkan dengan penanaman 1000 pohon mangrove pada Minggu pagi pagi (14/8).

KLIK INI:  Kolaborasi Dukung Pengembangan Desa Wisata di Manyampa 

Kegiatan ini juga turut dihadiri perwakilan dari P3E Suma KLHK yakni Apriadi (fungsional), Direktur Klikhijau.com, Anis Kurniawan, Ketua BPD Manyampa, Arwin Afandi, Kepala Desa Manyampa, Abbas Madda. Direktur BUMDes Manyampa, Lintas Komunitas dan Organisasi.

Kepala Desa Manyampa, Abbas Madda yang tengah menjalani periode keduanya dalam sambutannya mengaku yang dilakukannya selama ini bersama masyarakat dalam kerja kolektif menjaga lingkungan semata-mata mengharapkan dampak yang bisa dirasakan bersama.

“Apa yang kami lakukan bukan berharap penghargaan apalagi hanya sekedar pencitraan, namun lebih berharap apa yang bisa menjadi dampak dari apa yang kami tanam. Telah banyak yang kami lakukan bersama masyarakat dan pemuda, salah satunya dengan upaya penanaman berkelanjutan,” terang Abbas yang juga inisiator Ekowisata Mangrove Luppung.

Dia mengaku selama ini melakukan beberapa kali penanaman mengambil bibit di kabupaten Bone. Salah satu titiknya di kawasan ini (Dusun Luppung, dan di sepanjang pinggir jalan desa serta ada juga di area Lapangan Sepak Bola Manyampa yamg kerap dijadikan tititk pemusatan berbagai kegiatan kepemudaan.

“Alhamdulillah warga kami, khususnya masyarakat Luppung telah banyak membantu kami menjaga Mangrove ini. Mungkin jauh sebelumnya, mangrove ini digunakan secara tidak teratur namun dengan dampak yang dapat dirasakan, itu yang menjadi sesuatu hal yang menjadikan masyarakat menjaganya,” apresiasi Abbas kepada masyarakatnya.

KLIK INI:  Ini Kesan dan Pesan Anak Muda Makassar dari #AksiMudaJagaIklim

Lebih jauh dirinya mengatakan, itu semua tidak berjalan begitu saja, ada banyak tantangan ketika melakukan penanaman sebagai upaya penghijauan.

“Pohon yang telah ditanam di sepinggir jalan, terkadang luput dari pengawasan sehingga dimakan oleh ternak. Dan di mangrove itu tantangannya adalah ombak yang deras, sehingga memerlukan perlakuan khusus agar dapat tetap bertahan,” tutupnya.

Penanaman jangan hanya eksistensi?

Sanggar Seni Budaya Alfarabi menampilkan teater bertema Jaga Aku (Mangrove) untuk Kehidupan, mengawali performance yang memperagakan pemuda pemudi memegang bibit pohon sembari berswafoto (selfie).

Tampak Kepala Suku Sanggar Seni Budaya (SSB) Alfarabi, A.M Ichdar Yeneng, turut tampil membawa senso dan membunyikannya di hadapan puluhan penonton.

Di tengah performancenya menanyakan kesiapan penonton untuk menanam mangrove di minggu pagi (14/8), hal itu disambut sorak masyarakat “Kurangi selfinya’.

Saat itu juga Ichdar, mempertanyakan perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba terhadap Mangrove.

Dari pantauan langsung terdengar dua jawaban, beberapa mengatakan ada, dilanjutkan dengan jawaban ‘ada tapi sedikit’.

“Tolong diinformasikan wahai media bahwa Pemkab Bulukumba tidak memperhatikan  mangrove. Tolong ditulis, bagaimana, ditulis yah media yang ada di bulukumba bahwa pemkab tidak peduli mangrove,” ucap Ichdar.

Setelah itu menampilkan peragaan yang memperlihatkan senso yang dibawa Ichdar, ditutup dengan kurungan ayam berbahan bamboo, sebagai simbol memenjarakan alat yang kerap digunakan untuk menebang.

“Tadi itu lebih ke performing, bagaimana kami mengekspresikan keresahan kami terhadap kehidupan mangrove itu sendiri,” kata Ichdar saat dimintai keterangan.

Di penghujung acara pembukaan Eco Camp, Anis Kurniawan menyerahkan piagam apresiasi atas kolaborasi besar atas terlaksananya  Eco Camp, masing-masing kepada BPDASHL, Kepala Desa Manyampa, SSB Alfarabi.

KLIK INI:  Selada Air, Sayuran Tertua yang Dikonsumsi Manusia dengan Setumpuk Manfaat