Dokter Mawar, Menerima Bayaran Pasien dengan Sampah

oleh -754 kali dilihat
Dokter Mawar, Menerima Bayaran Pasien dengan Sampah
Dokter Mawar bersama suaminya H. Saprullah
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Pada umumnya profesi dokter berurusan dengan pasien dan rumah sakit. Profesi ini biasanya diasosiasikan “eksklusif”, karena berpenghasilan tinggi dan sangat terhormat.

Namun, apa jadinya bila ada seorang dokter yang separuh aktivitasnya juga terjung ke ruang sosial dan mengurusi sampah? Ini tentu sangat istimewa, langka, dan layak diapresiasi.

Beberapa tahun silam, saya berkesempatan mengunjungi rumah yang sekaligus sebagai klinik dan pusat Bank Sampah milik sang dokter fenomenal.

Tepatnya di Desa Baruga Kecamatan Uepai Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Namanya dokter Mawarti Arumi (53), lebih akrab disapa dengan dokter Mawar.

Sebuah pagi di hari kamis, jarum jam masih menunjuk pukul 07.30.  Perempuan kelahiran Bandung itu sedang sibuk melayani pengunjung yang mayoritas ibu rumah tangga dan masyarakat yang  sudah lanjut usia (lansia).

Ada lebih seratusan lansia sedang berbaris rapi dengan tawa riang gembira. Dokter Mawar menyambut kami dengan senyum penuh karisma.

Kami juga sempat diperkenalkan dengan beberapa lansia yang turut menjemput. Suasana penuh bahagia.

Beberapa menit setelah kami tiba, dokter Mawar memutar sebuah lagu. Senam dimulai. Mari joget!

Kami ikut menari diantara para lansia, bergoyang. Kegembiraan terpancar dari mata mereka, seolah usianya belumlah menua.

“Begitulah kebiasaan kami di sini setiap pekan bersama para lansia. Kami menyemangati mereka agar dapat menikmati sisa-sisa hidup dengan kebahagiaan,” jelas dokter Mawar.

Selain berolahraga, para lansia juga bisa berbagi cerita dan pengalaman satu sama lain.

“Yang datang bukan hanya lansia di sekitar klinik ini, tapi ada beberapa dari desa dan kecamatan lain. Jumlahnya sudah hampir tiga ratusan,” kata Nenek Surti (70).

Para lansia biasanya sudah berkumpul di klinik sejak pukul 05.30 pagi. Pada saat kami datang, beberapa di antaranya sudah pulang ke rumahnya.

Semangat dan optimisme yang sudah terbangun kokoh tersebut adalah bagian dari inspirasi yang ditularkan oleh Dokter Mawar bersama suaminya H. Saprullah (46).

Pasangan suami istri ini memulai segalanya dari ketulusan, mereka berpikir bagaimana menjadi seorang dokter yang bisa berbaur dengan masyarakat.

“Kita harus hidup bermanfaat bagi banyak orang dan bermasyarakat,” kata dokter Mawar.

Berkumpul dengan Membawa Sampah

Sebelumnya, dokter Mawar memang memiliki program Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu) khusus Lansia. Namun, dari waktu ke waktu jumlah pengunjung tidak banyak sehingga Posyandu selalu sepi.

Meski dokter Mawar melakukan sistem jemput bola dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah warga.

Dari situlah, ia bersama suaminya mulai berpikir kreatif bagaimana membuat Posyandu Lansia yang bisa membuat senang dan tidak membosankan.

Suaminya pun menyarankan untuk membuat bank sampah yang dikolaborasi dengan kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya mengasyikkan.

Setali tiga uang, ide brilian tersebut berbuah hasil. Komunitas lansia yang bergabung semakin banyak. Mereka pun bisa berkumpul dan terlibat dalam berbagai kegiatan bersama di Klinik dokter Mawar.

Setiap kali berkumpul bersama, para anggota komunitas tersebut terlebih dahulu menyetor dan menimbang beragam jenis sampah yang dibawa dari rumah masing-masing.

Di samping ruang klinik pemeriksaan dokter Mawar memang terdapat sebuah kantor bank sampah. Bahkan, di sebelahnya lagi tersedia sebuah ruang terbuka yang berisi tumpukan sampah.

Sampah-sampah tersebut berhasil dikumpulkan oleh para lansia setiap pekannya.

Dokter Mawar, Menerima Bayaran Pasien dengan Sampah

Itulah yang unik di klinik dokter Mawar. Pasien bisa datang dengan membawa sampah.

Dokter Mawar akan menghargai sampah yang dibawa warga dan pasien yang datang dengan uang. Harganya mengikuti harga sampah sesuai klasifikasi yang sudah ditentukan di pasaran.

Awal mula Bank Sampah

Mantan Kepala Puskesmas Uepai Kabupaten Konawe tersebut memperkenalkan Bank Sampah, awalnya hanya pada beberapa pasiennya saja.

Ide membuat bank sampah didapatkan suaminya berkat pengalamannya bekerja di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Konawe. Suaminya memang sering terlibat dalam pelatihan-pelatihan mengenai Bank sampah.

Suaminya juga intens mengikuti pelatihan pengelolaan sampah baik untuk daur ulang maupun pembuatan pupuk kompos dan bio gas.

Kolaborasi suami istri ini pun terjadi. Mereka bekerja sama dalam memberi pencerahan pada masyarakat terkait pengelolaan sampah.

“Kita harus bisa berbuat nyata untuk lingkungan. Saya memberi masukan pada istri saya untuk ide bank sampah yang dipadukan dengan klinik pengobatan. Dengan begitu, kami bisa bekerja bersama untuk masyarakat dan lingkungan,” kata Saprullah merendah.

Hal pertama yang mereka lakukan adalah memperkenalkan pada masyarakat bahwa sampah itu punya nilai ekonomis. Beruntung, komunitasnya adalah ibu-ibu rumah tangga dan Lansia yang bisa lebih mudah diberi pemahaman.

Mereka juga, terutama Lansia punya rasa percaya diri tinggi untuk mengumpulkan sampah-sampah di rumahnya atau di sekitar rumahnya, lalu di bawah ke klinik.

“Awalnya kami hanya berpikir bagaimana agar hidup kita bermanfaat pada orang banyak. Dan bagaimana agar orang datang di klinik bisa merasa senang dan bergembira. Alhamdulillah, dengan adanya Bank sampah, antusiasme warga semakin tinggi. Jadi, selain mereka (warga) bisa datang dengan kegembiraan, mereka juga bisa pulang dengan membawa hasil,” tuturnya.

Kini, para lansia bisa menabung sampahnya setiap pekan. Uangnya tidak langsung diambil. Mereka biasanya menyimpan saja hingga jumlahnya banyak.

“Biasanya, mereka mengambil uangnya di hari-hari raya (natal maupun lebaran). Lumayan ada yang sudah bisa menghasilkan uang hingga lebih lima ratus ribu rupiah,” kata dokter Mawar.

Jadwal khusus tiap pekan

Uniknya, klinik sudah punya jadwal khusus setiap pekan dengan sangat terstruktur. Pada pekan pertama, setelah penimbangan sampah, ada pengecekan gula darah.

“Gunanya agar kami bisa mengantisipasi lebih awal kalau ada Lansia yang kelebihan gula darahnya. Setelah itu baru lanjut senam,” kata Dokter Mawar.

Pada pekan kedua, setelah menimbang sampah, dilanjutkan dengan senam, lalu pemeriksaan kesehatan bagi yang kurang sehat. Pada pekan ketiga,  setelah penimbangan sampah dilanjutkan dengan pembacaan info-info terkini.

“Berbagai info kami sampaikan, dari kesehatan, teknologi hingga masalah pemerintahan,” tambah dokter Mawar.

Di pekan keempat, setelah melewati rutinitas biasa, akan ada perayaan ulang tahun bagi para lansia yang berulang tahun di sepanjang bulan tersebut.

“Ini penting agar, para lansia tersebut bisa tetap bahagia dan merasa hidupnya sangat bermakna,” ucap dokter Mawar.

Dokter Mawar juga memotivasi para lansia untuk membuat beragam kreativitas kerajinan tangan dari sampah. Hasilnya sudah banyak dan sudah sering diikutkan bila ada pameran di mana-mana.

“Ada beberapa juga yang sudah dijual bagi peminat,” tambah dokter Mawar. Selain itu, mereka juga membuat pupuk kompos dan bio gas dari sampah. “Yang terpenting adalah masyarakat semakin peduli pada sampah, khususnya sampah plastik yang susah hancur dalam tanah,” kata Saprullah.

Banyak rencana mulia pasangan suami istri ini untuk mengolaborasikan antara praktik kesehatan dan bank sampah. Di tengah geliatnya yang tiada biasa ini, sejumlah media massa lokal dan nasional berdatangan.

“Mereka mungkin apresiasi, tapi kami hanya berpikir untuk selalu bermanfaat pada sesama. Bukan untuk populer,” kata dokter Mawar tersenyum rendah.

Pernah dimuat di Sinergi Hijau, 2016

Biodata:

Nama lengkap : Dr. Hj. Mawarti Arumi
TTL                   : Bandung, 2 Mei 1966
Nama Suami    : H. Saprullah, SKM
TTL                   : Konawe, 17 Maret 1973
Anak                 : Nurah Inasi (16) dan M. Bariula (12)
Pekerjaan         : Kepala Puskesmas Uepai (1997-2016)