Klikhijau.com – Jeruk selama ini dikenal sebagai buah yang kaya akan vitamin C juga mengandung serat tinggi. Di sejumlah negara, buah jeruk merupakan buah yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi di segala kondisi cuaca.
Tak hanya di Indonesia, jeruk juga sangat melimpah di Sevilla Spanyol. Di kota ini buah jeruk bahkan berjatuhan di mana-mana. Membusuk dan menjadi sampah organik yang terbuang ke lingkungan.
Bisa dibayangkan, terdapat sekira 48.000 pohon jeruk di Kota Sevilla. Ini membuat kota ini dijuluki sebagai kota penghasil jeruk. Jeruk-jeruk yang berjatuhan bahkan bisa dijumpai di jalan raya.
Situasi ini menginspirasi sebuah perusahaan air di Sevilla bernama Emasesa. Mereka akan memulai suatu proyek inovatif yakni pengelolaan sampah jeruk menjadi energi listrik terbarukan.
Mereka berupaya meminimalisir dampak sampah jeruk agar tidak menjadi sampah yang merusak pemandangan. Sampah jeruk yang berceceran di jalanan akan dipungut dan dikumpulkan. Bukan tanpa alasan, mereka berupaya memanen metana dari jeruk yang rusak dan jadi sampah untuk dijadikan bahan dasar energi bersih terbarukan.
Menghasilkan listrik
Emasesa akan memulai program energi ini dengan memanfaatkan 35 ton limbah jeruk di fasilitas yang sudah disediakan pemerintah setempat. Metana dari sampah jeruk yang sudah mengalami fermentasi itu akan menggerakkan generator yang mengaliri listrik pabrik pemurni air.
Jika saja eksperimen ini berhasil, limbah jeruk yang diolah akan mampu menghasilkan tenaga listrik lebih dari yang dibutuhkan.
Pada eksperimen awal, pada sekira 1 ton limbah jeruk mampu mengaliri listrik 5 rumah dalam sehari. Mereka berpendapat bahwa bila memanfaatkan semua sampah jeruk yang bertebaran di Sevila, energi yang dihasilkan dapat menyuplai listrik ke 73.000 rumah di seantero Sevila.
“Kami berkeinginan sesegera mungkin bisa mendaur ulang seluruh limbah jeruk di kota ini,” harap Benigno Lopez, Kepala Departemen Lingkungan di Emasesa.
Kepada The Guardian dia mengatakan, jeruk tersusun dari fruktosa yang memiliki rantai karbon pendek. Rantai karbon ini menjadi sangat ‘enerjik” selama proses fermentasi sehingga menghasilkan gas metana.
“Ini bukan hanya soal menghemat uang. Produk jeruk di sisi lain punya dampak kurang menguntungkan bagi kota kami, hingga akhirnya kami bisa memiliki nilai tambah dari limbahnya,” sebut Lopez.
Untuk membangun proyek ini mereka akan berinvestasi senilai US$ 300.000 atau sekira Rp 4,2 miliar. Ide ini tentu menarik dan didukung banyak pihak, mengingat Spanyol sendiri sangat familiar dengan buah jeruk sejak ribuan tahun lalu.
“Buah ini punya leluhur di sini, mereka tahan pada polusi dan mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan,” kata Fernando Mora Figueroa, Kepala Taman Kota di Sevila.
Sevilla bahkan dikenal sebagai kota jeruk terbesar di seantero dunia. Ide ini tentu menginspirasi negara-negara lain, betapa sumber-sumber energi bersih terbarukan begitu melimpah di sekitar kita.