- Pohon Kecil di Sungai - 15/06/2025
- Pohon Api di Alismu - 31/05/2025
- Tangan Tuhan di Dua Musim - 04/05/2025
Klikhijau.com – Di kedalaman lima dan sepuluh meter. Dua puluh dua orang sedang menyelam. Mereka adalah Komunitas Selam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Mereka tak sedang bersenang-senang dengan hobi atau pun menikmati liburan.
Kedua puluh dua orang yang menyelam itu memunguti sampah laut di area seluas 150 meter. Pembersihan laut itu dilaksanakan di perairan Waecicu Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis 5 Maret 2020.
Aksi mereka tentu tak lazim, sebab biasanya yang dilakukan komunitas selam adalah melakukan pengibaran bendera dalam laut saat perayaan 17 Agusntus. Perihal pegibaran bendera itu, setidaknya saya sudah dua kali mengikutinya, meski hanya sebagai penggembira. Tidak ikut menyelam.
Namun, aksi pungut sampah yang dilakukan komunitas selam KLHK sebagai bagian dari kampanye lingkungan dan juga perayaan Hari Peduli sampah Nasional (HPSN) 2020. Menjadi hal meanrik untuk ditiru.
Jika selama ini aksi pungut sampah biasanya dilakukan di pantai, maka sudah saatnya pula aksi pungut sampah dilakukan di laut. Hanya saja, cara ini tidak mudah, dibtuhkan orang yang mahir menyelam dan peralatan haruslah lengkap.
Sampah laut
Kenapa harus pungut sampah di laut, sebab laut Indonesia disesaki sampah. Tebukti pada aksi yang dilakukan komunitas selam KLHK, mereka menemukan sampah sekitar 48,99 kg, yang terdiri dari plastik daur ulang 86 buah (23,8 kg), plastik sekali pakai 46 buah (9,3 kg), kertas 2 buah (0,07 kg), karet 2 buah (0,1 kg), tekstil 1 buah (0,07 kg), kayu 2 buah (10,96 kg), logam 9 buah (0,07 kg), dan kaca 3 buah (4,62 kg).
Temuan sampah itu tentu saja mencemaskan, maka tidak heran jika komunitas selam KLHK bergerak untuk membersihkannya. Inspektur Wilayah II KLHK Sumarto, selaku koordinator Komunitas Selam KLHK, mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu sumbangsih para penyelam dalam rangka HPSN Tahun 2020.
“Jadi pada pelaksanaannya dibagi 4 grup, keempatnya bertemu di satu point pertemuan. Kita kumpulkan sampahnya, diangkut ke pesisir. Selanjutnya kita pilah menjadi 10 jenis sampah.
Dari masing-masing jenis itu kita timbang, contohnya plastik daur ulang kita hitung jumlah dan beratnya yaitu sekitar 23 kg dan seterusnya. Setelah dipilah, ditimbang, lalu dikirim ke pusat daur ulang,” jelas Sumarto.
Persoalan sampah memang miris, khususnya sampah plastik. Pemilahan dilakukan untuk mengetahui jenis sampah apa yang dominan. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam upaya pengurangan sampah, khususnya plastik.
“Kebijakan umum sampah pada prinsipnya harus dimanfaatkan, agar memberikan manfaat ekonomi. Selain itu, prinsip pengelolaan sampah juga bisa dengan 3R, yaitu Reduce, Reuse, dan Recyle,” pungkas Sumarto.
Semoga saja apa yang dilakukan komunitas selam KLHK bisa menginspirasi agar kita lebih peduli pada lingkungan dan laut, lebig bijak dalam hal mengatasi sampah.