Klikhijau.com – Setiap minggu kedua pada bulan Mei dan Oktober akan diperingati sebagai Hari Burung Migran Sedunia atau World Migratori Bird Day (WMBD).
Tahun ini pun WMBD kembali diperingati. Tema yang diangkat adalah Shared Spaces: Creating Bird-Friendly Cities and Communities atau berbagi ruang dengan menciptakan kota dan komunitas yang ramah bagi burung”.
Fenomena migrasi burung selalu menarik. Ini terjadi saat musim dingin di belahan Bumi utara dimulai.
Demi bertahan hidup burung-burung akan bersiap menjelajah belahan bumi lainnya yang beriklim tropis. Indonesia termasuk salah satu negara yang jadi tujuan migrasi tersebut.
Mereka menjelajah untuk mencari makan. Penjelajahan mereka inilah yang yang disebut dengan migrasi datang atau autumn. Burung-burung itu tidak tinggal selamanya di negara tujuan mereka.
Ketika musim dingin usai, burung-burung tersebut akan kembali ke daerah asalnya untuk berkembang biak. Kepulangan mereka ke daerah asalnya disebut migrasi balik atau spring. Perjalanan pulang burung-burung tersebut tidak mudah. Mereka akan melewati Samudra dan benua.
Di antara burung-burung yang melakukan migrasi pun, tidak ada jaminan mereka semua akan kembali ke daerah asalnya.
Selama perjalanan, burung-burung pengembara tersebut harus dapat melewati beragam rintangan mulai dari cuaca sampai perburuan. Perjalanan yang sangat jauh ini juga dapat mengakibatkan kelelahan hingga kematian bagi sang burung.
Bagaimana mereka bisa menentukan lokasi tujuan migrasi. Burung migran menggunakan medan magnet bumi, posisi bintang dan matahari, serta bentang alam sebagai penunjuk jalan mereka.
Dilakukan beragam jenis burung
Pengembaraan ini dilakukan oleh beragam jenis burung, mulai dari burung yang hidupnya di lantai hutan seperti Paok, jenis yang hidup di pantai seperti trinil-trinilan, jenis yang hidup di laut seperti dara-laut. Hingga jenis yang menguasai angkasa seperti Sikep-madu Asia.
Perjalanan dari lokasi berbiak ke lokasi tujuan atau wintering terjadi pada bulan September sampai November. Burung-burung akan tiba di belahan Bumi Selatan atau tempat mencari makan pada bulan November sampai dengan Maret, selanjutnya mereka akan kembali ke tempat asalnya untuk berbiak.
Indonesia menjadi salah satu negara tropis yang disinggahi oleh burung-burung migran dengan jalur terbang Asia Timur – Australasia atau EAAF (East Asian – Australasian Flyway). Jalur ini memiliki luas area sekitar 85 juta km 2 yang mencakup 22 negara.
Dari 500 jenis burung yang melewati jalur terbang tersebut, lebih dari 200 jenis burung migran istirahat dan mencari makan di seluruh habitat di negeri kita tercinta ini.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan (Kemenhut) telah membuat peraturan perundangan untuk melindungi sebagian burung-burung migran dan mengajak para pihak untuk bersama-sama dalam upaya konservasinya melalui KNKBBH (Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya).
Untuk menyambut kedatangan burung migrasi, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur diberikan amanah sebagai koordinator pulau Jawa dalam kemitraan tersebut.
Beragam kegiatan seperti monitoring burung migran dan kampanye pelestariannya telah dilakukan. Salah satu kegiatan monitoring burung migran dilindungi yang dilakukan adalah monitoring terik asia Glareola maldivarum di lahan pertanian dan perkotaan di Kabupaten Tulungagung dan Kediri.
Ribuan hingga puluhan ribu individu terik asia dapat mencari makan dengan baik di lokasi tersebut. Bahkan lebih dari empat ribu individu bertahan selama dua minggu di lahan pertanian Kabupaten Tulungagung. Mereka telah bersahabat dengan para petani, sehingga bisa mencari makan denga naman sebelum kembali ke daerah asalnya.