- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Daur ulang plastik yang berbelit, mahal, dan prosesnya yang lama dengan hasil yang sedikit, menjadikan agenda daur ulang plastik seperti mitos.
Klikhijau.com – Ketika saya katakanlah membeli satu kemasan air mineral Aqua, meminumnya, kemudian membuang plastiknya ke dalam sampah. Di titik itu saya mungkin berpikir masalah selesai dan melupakannya. Namun, tak sesederhana itu. Tak semudah itu sampah hilang.
Laporan mendalam dari The Guardian berjudul ‘Plastic recycling is a myth’: what really happens to yout rubbish? membuka mata saya bagaimana sampah plastik didaur ulang.
Mengambil studi kasus daur ulang sampah di Inggris, tulisan yang dipulikasikan pada Sabtu, 17 Agustus 2019 tersebut memberikan pemahaman yang komprehensif bagaimana duar ulang plastik bekerja. (https://www.theguardian.com/environment/2019/aug/17/plastic-recycling-myth-what-really-happens-your-rubbish)
Diceritakan, tingkat daur ulang di Inggris dalam beberapa tahun terakhir mengalami stagnasi. Inggris menghasilkan lebih banyak limbah daripada yang dapat diproses di rumah tangga.
Besarnya 230 juta ton per tahun atau setiap orang per hari menghasilkan 1,1 kg sampah. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang setiap orang menghasilkan sampah 2 kg per hari.
Belajar daur ulang dari Inggris
Meski begitu, Inggris menjadi negara dengan daur ulang yang sukses. Sebanyak 45,7% dari semua limbah rumah tangga dinyatakan telah didaur ulang.
Walau angka itu hanya menunjukkan bahwa limbah itu dikirim untuk didaur ulang, tidak sampai pada tahap akhir daur ulang plastik. Di Amerika Serikat, angka tersebut lebih kecil sebesar 25,8%.
Tempat daur ulang sampah bernama Green Recycling, Maldon, Essex, Inggris, memproduksi 200-300 ton sampah sehari. Atau rata-rata menangani 12 ton limbah per jam.
Proses yang dilakukan di tempat daur ulang ini, sampah berkumpul pada tempat yang besar. Lalu alat semacam cakar raksasa mengambil tumpukan sampah tersebut dan menaruhnya ke dalam drum yang berputar.
Di sisi lain, tampak para pekerjanya menyortir sampah-sampah yang masih berharga seperti botol, kardus, dan kaleng alumunium.
Di akhir proses limbah sampah ditumpuk rapi di dalam bal besar. Dari bal dimuat ke dalam truk yang akan berjalan ke tempat pengolahan atau pembuangan selanjutnya. Tahap setelah inilah yang menjadi rumit.
Di Inggris, sebagian besar sekitar setengah dari semua kertas dan kardus, serta dua pertiga plastik akan dikirim ke Eropa atau Asia lewat kapal kontainer untuk didaur ulang.
Namun, negara yang sadar seperti China sebagai negara terbesar dunia untuk limbah daur ulang melarang 24 jenis limbah memasuki negaranya.
Omzet senilai 250 miliar euro
Kebijakan tersebut dibuat karena sebuah film dokumenter “Plastik China” yang viral dan pemerintah menghapusnya dari internet China. Film tersebut berkisah tentang sebuah keluarga yang bekerja di industri daur ulang sampah. Rumahnya terletak di samping mesin penyortiran.
Di sana keluarga tersebut menyortir limbah kiriman dari barat dalam jumlah besar dan menyelamatkan sampah yang bisa dijual untuk dikirim ke produsen. Pekerjaan tersebut sungguh kotor dan dibayar dengan gaji buruk.
Sisa sampah sering dibakar di udara terbuka. Anak perempuan mereka yang usianya 11 tahun bermain dengan Barbie yang ditarik dari sampah.
Sebagai catatan, industri sampah pada skala global menghasilkan omzet senilai 250 miliar euro. Memiliki tekad akan mengambil setiap sen dari apa yang tersisa dari sampah. Dari proses pemulihan material, pemilihan sampah, hingga ke karingan makelar perantara dan pedagang. ()
Kebijakan China tersebut berdampak besar. Harga daur ulang kardus dan plastik anjlok. Jika China tidak mengambil plastik, limbah tersebut harus pergi ke negara lain.
Pilihannya ada di negara-negara berkembang seperti Indonesia,Thailand, Vietnam, dan negara-negara yang memiliki pengeolalaan limbah yang tidak beres.
Sebab sampah dibakar di tempat pembuangan terbuka, fasilitas pengelolaan yang tidak memadai, atau yang paling buruk dengan jalan membuangnya di sungai atau laut.
Mendaur ulang hanya mitos
Lalu kebijakan pelarangan impor limbah plastik asing diikuti negara-negara berkembang lainnya, seperti Thailand, India, juga Malaysia. Salah satunya dengan alasan kesehatan masyarakat. Namun tetap saja sampah-sampah tersebut mengalir.
“Tidak ada masyarakat beradab yang harus membuang limbahnya ke negara berkembang,” kata Adrian Griffiths, pendiri Teknologi Daur Ulang yang berbasis di Swindon.
Limbah plastik lebih suram lagi nasibnya. Menurut makalah dari Science Advance berjudul “Production, Use and Fate of All Plastics Ever Made” menunjukkan dari 8,3 milir ton plastik asli (virgin) yang diproduksi seluruh dunia, hanya 9% saja yang telah didaur ulang. Para akademisi dan LSM meragukan angka itu karena nasib ekspor limbah yang tidak pasti.
“Ini benar-benar mitos lengkap ketika orang mengatakan bahwa kita mendaur ulang plastik,” kata Jim Puckett, direktur eksekutif Basel Action Network yang berbasis di Seattle. Kelompok ini melakukan kampanya melawan perdagangan limbah ilegal.
Tak dipungkiri plastik telah memberikan peran yang luar biasa bagi dunia. Sebab mengurangi jumlah kaca, logam, dan kertas. Namun yang dikhawatirkan dari plastik adalah masalah pemanasan global. Menggunakan lebih banyak kaca dan logam juga memiliki kandungan karbon yang jauh lebih tinggi.
Industri limbah saat ini tengah berjuang untuk menyelesaikan masalah plastik pada teknologi dengan biaya yang sangat tinggi. Harapan besarnya dapat mengubah plastik yang bermasalah menjadi minyak atau gas melalui proses industri. Terlebih mendaur ulang jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang menggunakan mesin mekanis.