Klikhijau.com – Dampak perubahan iklim semakin nyata terjadi dan dirasakan oleh semua kalangan. Tak terkecuali negara maju di belahan bumi.
Perjanjian Paris yang menjadi kitab suci semua pihak dalam memerangi perubahan iklim massal dirasa belum cukup. Semua pihak harus memiliki komitmen nyata dan tegas untuk mengatasi masalah global ini.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan aksi langsung untuk mengatasi perubahan iklim kepada para pejabat yang mengadakan pertemuan di Uni Emirat Arab. Negara di mana produksi bahan bakar hidrokarbon masih menjadi pendorong utama perekonomiannya.
Guterres menyerukan kepada seluruh negara untuk berhenti membangun pembangkit listrik batu bara menjelang tahun 2020. Memangkas emisi gas rumah kaca 45% dalam sepuluh tahun mendatang. Merombak perekonomian yang ditopang bahan bakar fosil dengan teknologi baru, seperti tenaga matahari dan angin.
Darurat iklim
Dunia sedang menghadapi darurat iklim yang sangat serius, tegasnya.
Dalam pernyataan di pertemuan puncak di Abu Dhabi itu, Guterres melukiskan gambaran suram tentang betapa cepatnya perubahan iklim, dengan mengatakan perubahan itu melampaui upaya untuk mengatasinya.
Pada 2015, melalui Persetujuan Paris (The Paris Agreement), negara-negara di dunia sempat berkomitmen menahan kenaikan suhu global yang sedang menuju 1,5 derajat Celcius.
Ia memuji Perjanjian Paris, tetapi mengatakan meskipun janji-janji dalam perjanjian itu dipenuhi, dunia masih akan menghadapi apa yang digambarkannya sebagai kenaikan suhu tiga derajat pada akhir abad ini.
Lapisan es abadi di kawasan Kutub Utara mencair beberapa dekade lebih cepat dibanding skenario terburuk sekalipun, ujarnya. Dan akan mengeluarkan gas metan (CH4), salah satu gas rumah kaca, dalam jumlah sangat besar.
Target penurunan emisi pada tahun 2030 tidak akan tercapai jika kita hanya berpedoman pada Perjanjian Paris tanpa memiliki komitmen tinggi di negara kita masing-masing dan secara internasional.
Antonio Guterres kali ini menyorot sektor energi yang digunakan secara masif oleh negara negara timur tengah sebagai penggerak perekonomian mereka.
Guterres berharap ada komitmen tegas dari negara-negara Timur Tengah untuk beralih menggunakan sektor energi terbarukan dan ramah lingkungan untuk mencegah kenaikan suhu bumi semakin tinggi.
“Perubahan iklim berjalan lebih cepat dari kita. 4 tahun terakhir tercatat sebagai tahun-tahun terpanas,” tuturnya.