Circular Economy dan Peran Bank Sampah Kita?

oleh -405 kali dilihat
Circular Economy dan Peran Bank Sampah Kita?
Bank sampah Makassar menampung setidaknya enam ton sampah kardus, dua ton sampah plastik dan satu ton sampah logam/Foto-Liputan6

Klikhijau.com – Beban sampah di Indonesia memang harus diselesaikan dengan program inovatif. Pendekatan circular economy agaknya menarik diterapkan sebagai sebuah model pengelolaan sampah.

Sejauh ini, pendekatan pengelolaan sampah dengan sistem linear economy yakni sistem kumpul, angkut, buang. Model ini menempatkan sampah sebagai subjek yang tidak berguna.

Padahal, beban persampahan nasional semakin mengkhawatirkan. Pola konsumsi masyarakat, jumlah penduduk yang bertambah, hingga industrialisasi menjadi pemicunya.

Dengan model circular economy, maka tidak saja kita dapat mengurangi beban sampah. Tetapi juga mendapatkan nilai tambah secara ekonomi dari pengelolaan sampah. Dengan demikian, akan ada pergeseran pola pikir masyarakat yang pelan-pelan melihat sampah sebagai sebuah potensi.

Keberadaan bank sampah yang berkembang di beberapa kota di Indonesia seperti Makassar adalah modal besar bagi penerapan circular economy. Semakin banyak bank sampah, semakin memungkinkan bagi masyarakat untuk mendalami proses pengolahan sampah secara lebih kreatif dan inovatif.

KLIK INI:  Merdeka dari Kepungan Sampah

Jadi, warga tidak saja mendapatkan uang hasil penjualan di bank sampah nya, tetapi juga dapat menciptakan produk-produk tertentu dari sampah.

Sebagai contoh sampah rumah tangga bisa diolah menjadi kompos, 20 % sisanya bahkan berpotensi untuk diolah menjadi bahan aspal. Sisanya bisa menjadi sumber energi.

Dalam hal ini, sinergi antara lembaga terkait bisa dilakukan untuk mewujudkan daur ulang sampah. Misalnya dengan kerjasama dengan PLN yang menerapkan kebijakan “bayar listrik dengan sampah”.

Di Konawe Sulawesi Tenggara misalnya ada seorang bernama dokter Mawar yang mengedukasi masyarakat dengan menerima sampah sebagai media pembayaran di klinik nya. Model-model seperti ini sekali lagi membutuhkan kreativitas dan sinergi berkelanjutan.

Pemerintah harus memberi dukungan kuat agar pihak-pihak swasta misalnya ikut andil dalam mendorong terwujudnya model-model circular economy dalam penanganan sampah.

Target pemerintah yang akan mereduksi 30 % dan memanfaatkan 70 % dari total 71,3 juta ton sampah yang dihasilkan pada tahun 2025 perlu dukungan semua pihak.

KLIK INI:  PR Kita Bukan Menanti Siapa Presiden, Tapi Bagaimana Mengatasi Sampah Plastik di Laut?
Kolaborasi berkelanjutan

Penggiat Bank Sampah di Makassar, Saharuddin Ridwan, mengakui bahwa model circular economy sudah berjalan. Menurutnya, perlu ada kerjasama antar masyarakat dan pemerintah.

Masyarakat sebagai pelaku ekonomi, pemerintah sebagai penyedia fasilitas pengolahan sampah melalui bank sampah pusat dan vendor atau pengumpul sampah sebagai pihak yang membeli semua produk sampah yang dihasilkan masyarakat.

Saharuddin mencontohkan beberapa daerah yang sudah memiliki program pengelolaan sampah berbasis circular economy antara lain di Makassar, Malang, Bantul, Badung dan lainnya. Kuncinya adalah bagaimana pola pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan bank sampah itu masif dilakukan.

Program ini lanjut Sahar bisa punya kekuatan jika masyarakat mampu bertahan. Oleh sebab itu, perlu dukungan pemerintah dalam pengelolaan bank sampah terutama dengan memberi kepastian sarana prasarana, pembelian sampah dan produk yang dibeli bisa dengan harga yang jauh lebih besar.

“Komitmen pemerintah sangat diperlukan,” jelas Ketua Asosiasi Bank Sampah Nasional ini.

Komitmen pemerintah harus dilihat dari lima aspek. Pertama, regulasi; kedua, pembiayaan; ketiga, organisasi; keempat, pemberdayaan masyarakat; kelima, teknologi.

“Yang mesti diperkuat agar berkelanjutan adalah lima aspek itu. Hal lainnya adalah menjamin ketahanan program yang sudah berjalan dalam masyarakat,” paparnya.

KLIK INI:  Salah Urus, Jadikan Plastik sebagai Pendorong Perubahan Iklim