Cerita Doni Monardo Perihal Limbah Merkuri di Perairan Maluku Saat Jabat Pangdam Pattimura

oleh -103 kali dilihat
Cerita Doni Monardo Perihal Limbah Merkuri di Perairan Maluku Saat Jabat Pangdam Pattimura
Kepala BNPB Doni Monardo menerima gelar kehormatan Doktor HC dari IPB University - Foto/IPB

Klikhijau.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo mendapatkan kehormatan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari Institute Pertanian Bogor (IPB), Sabtu 27 Maret 2021.

Di hadapan senat IPB dan sejumlah pejabat, Doni Monardo bicara panjang lebar mengenai sejumlah isu-isu lingkungan hidup.

Tidak hanya bicara mengenai pentingnya pohon sebagai nafas kehidupan, Kepala BNPB Doni Munardo juga membahas mengenai limbah merkuri di perairan saat bertugas  menjadi Pangdam XVI/Pattimura.

Doni Monardo berkisah, sesaat sebelum berangkat menjalankan tugas di Maluku, dirinya diberi pesan khusus oleh Menteri LHK, Siti Nurbaya agar bisa membantu mengatasi kerusakan lingkungan akibat penambangan emas liar di Gunung Botak, Pulau Buru, Maluku.

Begitu tiba di Maluku, Doni Monardo bergerak cepat dengan meminta tim Kesdam XVI/Pattimura untuk mengambil sampel ikan dan biota laut di Teluk Kayaeli, Pulau Buru. Hasilnya, kata Doni, pada beberapa sampel ditemukan kadar merkuri dan sianida yang melebihi ambang batas.

“Saya juga meminta dilakukan pemeriksaan darah terhadap warga di sekitar Gunung Botak dan di lokasi pengolahan tambang Merkuri di Negeri Iha dan Negeri Luhu, Seram bagian barat. Hasilnya, sebagian besar penduduk yang diambil darahnya juga memiliki kadar merkuri melebihi ambang batas,” cerita Doni.

KLIK INI:  Dominggus dan Refleksi Peringatan Hari Air Sedunia 2020

Jenderal TNI bintang tiga ini juga menuturkan temuannya di sekitar Gunung Botak, dimana ia pernah menjumpai sejumlah ternak mati, seperti kambing, kerbau, sapi, bahkan hewan peliharaan seperti anjing. Termasuk laporan ditemukannya buaya mati di sungai dan pantai.

“Saya juga mendapatkan laporan bahwa lebih dari 2.500 orang meninggal akibat longsor dan pertikaian selama periode 2010-2015. Sampai akhirnya Gunung Botak berhasil ditutup pada tanggal 14 November 2015 berkat Kerjasama tim dari KLHK, Pemda, Polda, dan masyarakat, serta media,” kisahnya.

Pada saat itu, Kepala BNPB ini sempat melaporkan kepada Presiden Jokowi tentang bahaya merkuri bila dibiarkan.

Menurutnya, sebab limbah merkuri bermuara ke laut, maka ikan dan biota laut lainnya akan tercemar dan tentunya mengakibatkan mereka yang mengkonsumsi akan terganggu kesehatannya dalam jangka panjang.

Pada Agustus 2017, kata Doni, atas permintaan Menteri LHK dan atas izin Panglima TNI, ia pun diundang mengikuti Rapat di Komisi VII DPR RI, yang membahas RUU pengesahan Minamata Convention on Mercury.

“Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani Konvensi Minamata pada 10 Oktober 2013 di Jepang bersama 128 negara lainnya. Hanya saja, saat itu kita belum meratifikasinya. Saya hadir sebagai satu-satunya perwira militer aktif, dan memberikan masukan dengan menyampaikan hasil penelitian yang kami lakukan dan dampak penggunaan merkuri di masyarakat,” tuturnya.

“Akhirnya pada tanggal 13 September 2017, Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi Minamata melalui UU No. 11 tahun 2017 Tentang Pengesahan Minamata Convention on Mercury,” kata Doni.

KLIK INI:  JURnal Celebes: Pembalakan Liar Masif Terjadi di Luwu Timur
Program emas biru dan emas hijau

Doni Monardo termasuk perwira tinggi TNI yang menggunakan pendekatan khusus berbasis keadilan sumber daya.

Dalam pidato pengukuhannya untuk gelar Doktor (HC), Doni menganalogikan suatu kalimat “the Hungry man becomes angry man”.

Makna dari kalimat ini kata Doni adalah orang lapar akan mudah marah. Itulah yang membuatnya terinspirasi memakai strategi penyelesaian konflik dengan keseimbangan antara pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan keamanan (security approach).

Masalah kesejahteraan dapat berdampak pada ketidakstabilan sosial dan keamanan. Inilah yang menjadi salah satu akar konflik berkepanjangan di Maluku.

Berbagai upaya rekonsiliasi dan deklarasi damai telah dilakukan. Namun, tidak lama setelah deklarasi damai, konflik kembali terjadi.

“Program Emas Biru dan Emas Hijau merupakan upaya memangkas ketimpangan sosial, sehingga berhasil merajut kembali tali persaudaraan pela – gandong yang akhirnya melahirkan Emas Putih, yaitu kerukunan, perdamaian, dan toleransi,” katanya.

Doni mengisahkan bagaimaa program emas biru saat itu ditinjau langsung oleh Presiden Jokowi pada tanggal 9 Februari 2017.

Di atas keramba jaring apung di Teluk Ambon, Beliau bertanya, “untuk apa ini Pak Doni?” Saya jelaskan, keramba-keramba ini adalah “alat bagi kami” prajurit TNI untuk menyelesaikan konflik. Presiden mengatakan, “Ini yang benar..”, sebanyak tiga kali.

Demikian Kepala BNPB ini berkisah dalam pidatonya di depan Senat IPB University!

KLIK INI:  Tak Jadi Ditutup, TN Komodo Tetap Terbuka untuk Wisatawan