Cerita dari ‘Suroboyo Bus’ yang Menerima Bayaran Sampah Plastik

oleh -400 kali dilihat
Cerita dari 'Suroboyo Bus' yang Menerima Bayaran Sampah Plastik
Foto-google.com

Surabaya, Klikhijau.com – Setahun lalu, tepatnya tanggal 7 April 2019, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini meresmikan Suroboyo Bus di depan Gedung Siola, Surabaya, Jawa Timur.

Risma mengatakan bahwa penumpang yang akan naik tidak perlu merogoh kocek. Cukup dengan membawa tiga botol plastik ukuran besar atau lima botol ukuran tanggung, sepuluh gelas air mineral, kantung kresek, serta berbagai kemasan plastik.

Penumpang dapat menukarkan sampah plastik itu di Bank Sampah yang telah ditunjuk. Ada drop box juga di setiap halte atau di Terminal Purabaya (Bungurasih), yang telah kerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya.

Sampah yang telah ditukar akan diberi kartu setor sampah, untuk selanjutnya diberikan tiket naik Suroboyo Bus. Pun, penumpang dapat keliling Surabaya selama dua jam.

KLIK INI:  Kebun Binatang Surabaya Berhasil Tetaskan 74 Telur Komodo

Ini merupakan salah satu komitmen Pemerintah Kota Surabaya dalam menanggulangi sampah plastik. Sampah-sampah yang terkumpul nantinya akan diolah oleh Bank Sampah, menjadi sesuatu yang bernilai bagi lingkungan.

Ada tiga bank yang sudah kerja sama yaitu Bank Sampah Induk Surabaya, Bank Sampah Bintang Mangrove, dan Bank Sampah Pitoe.
Suroboyo Bus memiliki rute dari Terminal Purabaya di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, melintasi jalur utama Kota Surabaya, seperti Jalan Ahmad Yani, Jalan Wonokromo, Terminal Joyoboyo, Jalan Raya Darmo, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Embong Malang, Jalan Blauran, Jalan Bubutan, Pasar Turi, Jalan Indrapura, dan Jalan Rajawali. Sedangkan rute sebaliknya melewati Jembatan Merah, Jalan Pahlawan, Jalan Tunjungan, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Raya Darmo, Jalan Wonokromo, Jalan Ahmad Yani dan kembali ke Terminal Purabaya.

Selain sebagai upaya mengurangi sampah plastik, Suroboyo Bus membantu mengurangi kepadatan lalu lintas dan polusi udara, akibat bertambahnya volume kendaraan setiap tahun di Surabaya.

KLIK INI:  Komodo Dijual Keluar Negeri Melalui Medsos, Polisi Amankan 8 Pelaku di Surabaya

Harusnya, jumlah armada transportasi massal seimbang dengan kendaraan pribadi. Menurut Risma, perbandingan kendaraan pribadi dengan transportasi massal saat ini 75 persen berbanding 25 persen. Kalau tembus 90 persen, jalan di Surabaya akan berhenti.

Idealnya 50 banding 50. Oleh sebab itu, pemerintah Kota Surabaya akan terus mensosialisasikan Suroboyo Bus sebagai transportasi alternatif yang nyaman, aman, dan tepat waktu.

Selain membayar dengan sampah, transportasi ini juga ramah disabilitas dan meminimalisir pelecehan seksual. Dengan beberapa tujuan utama yang digalakkan, ini juga bagian dari psikologi perkotaan yang bertransformasi dari kendaraan pribadi ke transportasi massal.

Dengan begitu, harapannya masyarakat dapat terus menggunakan Suroboyo Bus ini sebagai kendaraan umum, sehari-hari. Surabaya bisa jadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia yang kini sedang dibayangi petaka bernama kemacetan.

Panjang umur ‘Suroboyo bus’!

KLIK INI:  Manusia Hanya Punya Dua Pilihan Terhadap Lingkungan, Menjaga atau Merusaknya, Pilih Mana?