Cara Beken Bank Sampah Sipakainga Gowa Menjaga Nasabah di Masa Pandemi

oleh -189 kali dilihat
Cara Beken Bank Sampah Sipakainga Gowa Menjaga Nasabah di Masa Pandemi
Daeng Ngai (48), pengelola bank sampah Sipakainga di Paccinongan Kabupaten Gowa bersama suaminya melayani nasabah - Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Tak bisa dipungkiri bahwa selama pandemi Covid-19, omset bank sampah mengalami penurunan. Hal ini dirasakan pula oleh Daeng Ngai (48), pengelola bank sampah Sipakainga di Paccinongan Kabupaten Gowa.

Di awal terbentuknya pada Oktober 2020 yang memang sudah masa pandemi, bank sampah Sipakainga terbilang ramai nasabah. Kerja keras Daeng Ngai bersama suaminya Hanafi Daeng Tiro (54) menggaet nasabah membuatnya tidak kehilangan nasabah setia.

Daeng Tiro aktif bersosialisasi di masyarakat agar menabung sampah, setidaknya pada tetangga terdekatnya. Sementara Daeng Ngai berupaya berinovasi agar nasabahnya setia dan rutin menabung sampah.

Kekompakan kedua pasangan ini tidak diragukan lagi. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Daeng Ngai adalah dengan menyiapkan sembako, makanan ringan, voucer listtrik dan tabung gas.

“Ini permintaan khusus dari warga. Jadi, yang menabung sampah bisa langsung menukarnya dengan barang-barang yang ia inginkan,” kata perempuan bernama lengkap Alimah Rahim.

Jadi, barang-barang yang dipajang di teras rumah pasangan ini bukanlah murni dijual sebagaimana toko-toko sembako. Daeng Ngai mengakui jika setiap saat dirinya memperbaharui ketersediaan barang-barang di kiosnya. Intinya sesuai permintaan nasabah.

Sayangnya, dalam enam bulan terakhir beberapa nasabahnya vakum. Daeng Ngai menyadari bahwa situasi ini disebabkan oleh lonjakan pandemi gelombang kedua. Namun, pasangan ini tetap sabar, rumahnya selalu terbuka untuk para nasabah.

bank sampah
Pelayanan kesehatan dilakukan di masa pandemi oleh Bank Sampah Sipakainga – Foto/Ist
KLIK INI:  Resah Lihat Tumpukan Sampah, Mahasiswa UMK Ciptakan Tempat Sampah Berbasis Internet

“Selama pandemi, seluruh nasabah kami bayar cash atau menukar dengan barang. Jadi, tidak ada nasabah yang mau menunggu uangnya menumpuk. Inilah satu inovasi yang kami punya, karena kami paham bahwa nasabah sangat memerlukan dana di masa pandemi ini,” kata Daeng Ngai.

Untuk memikat nasabah, Daeng Ngai memang memberi pelayanan terbaik. Ia juga tidak pernah menolak sampah-sampah yang dibawa nasabahnya. Daeng Ngai berkisah, suatu waktu ada nasabahnya dari Takalar membawa sampahnya yang katanya ditolak di beberapa bank sampah.

“Kalau di sini, sudah pasti kami terima. Tidak tega rasanya kalau orang sudah jauh-jauh datang bawah sampah dan pulang dengan tangan kosong,” ungkap Daeng Ngai.

Tak hanya itu, beberapa jenis sampah yang dibeli dari nasabah ia rela tebus tanpa keuntungan. Misalnya sampah jenis rak telur, ia beli sesuai harga jual. Jadi, tidak ada keuntungan. Semua ini dilakukan dengan niatan tulus saling membantu dan demi menjaga hubungan baik nasabah. Bagi Daeng Ngai, kerja keras nasabahnya yang menabung harus diapresiasi.

“Kami tidak ingin mengecewakan. Jadi, ada jenis sampah yang kami beli tanpa untung. Tidak apa-apa. Biarlah kami untung di jenis sampah lainnya. Kami ikhlas yang penting nasabah terbantu,” cerita Daeng Tiro.

Sebagai suami, Daeng Tiro memang sangat mendukung istrinya. Sampah-sampah yang masuk ia pilah dan dibersihkan kembali. Bagi Daeng Tiro, sampah yang dipilah dari tempatnya haruslah benar-benar bersih. Itu pula sebabnya, tim penjemput sampah dari Bank Sampah Induk (BSI) Kota Makassar sangat percaya dengan sampah dari BSU Sipakainga.

KLIK INI:  Hasilkan Rp. 12 Juta, Ini yang Dilakukan Bank Sampah Cendana Dharma Wanita BLI KLHK

“Saya sangat menjaga kepercayaan pak,” pesan Daeng Tiro.

Selain menjaga kualitas sampah terpilah, hubungan emosional dengan nasabah adalah segalanya bagi BSU Sikapainga. Daeng Ngai mencontohkan seorang nasabahnya yang kebetula difabel. Namanya Daeng Kaca (37), seorang janda anak satu yang paling setia menabung sampah bahkan bisa sampai 4 hingga 10 kali sebulan.

Menariknya, beberapa nasabah di BSU Sipakainga adalah anak-anak. “Banyak anak-anak yang mulai nabung sampah di sini. Ada yang dikumpulkan di rumahnya, dari tetangganya dan sebagian lagi hasil kerja memungut sampah,” kisah Daeng Ngai.

Daeng Tiro pun sempat berseloroh mengenang pengalaman menangani sampah dari anak-anak. “Anak-anak menimbang sampah biasa kodong banyak tanahnya, tapi tidak apa-apa yang penting mereka menabung sampah. Nanti di sini saya bersihkan lagi,” tuturnya.

Di halaman rumahnya yang luas, anak-anak memang banyak berkumpul untuk bermain di sore hari. Ini dijadikan momen untuk mengedukasi mereka. Sejauh ini berhasil, sebab semakin banyak warga yang mulai paham bahwa sampah sejatinya memiliki nilai ekonomi.

Sebagai bentuk edukasi, Daeng Ngai memasang papan daftar harga jenis sampah di depan rumahnya. Tulisan dari papan pengumuman ini mulai luntur, namun ia berniat memperbaharuinya. Tujuannya adalah agar warga sekitar bisa melihat jenis sampah apa saja yang bisa ditabung plus harga belinya.

KLIK INI:  Kolaborasi dengan Kemendikbud, Anak Muda NTB Ciptakan Aplikasi Mitigasi Bencana

Pasangan suami istri ini merasa cukup terbantu dengan adanya bank sampah. Setiap bulan, ia bisa menimbang sampahnya sekira dua hingga tiga kali dengan omset antara Rp. 1,5 juta – Rp. 2 juta.

Daeng Ngai berharap pandemi segera berakhir agar antusias warga untuk menabung juga semakin meningkat. Ia juga berharap semakin banyak orang yang peduli dengan lingkungan dengan mengelola sampah.

“Memang sampah itu kotor dan bau, tetapi setelah ditimbang hasilnya akan menjadi harum dengan rupiah,” jelas Daeng Tiro.

Keduanya mengenang di awal-awal merintis bank sampah dimana banyak orang melihatnya sebelah mata. “Orang bilang kasian, maunya kerja naloro, maunya kerja nah kotoran. Tapi, saya tidak peduli. Mereka hanya tidak tahu saja,” kisah Daeng Ngai.

Daeng Ngai ingin terus berbenah dan belajar demi perkembangan bank sampah Sipakainga. Ia berharap ke depan ada kesempatan untuk dirinya bisa studi banding ke bank sampah yang lebih maju agar bisa belajar banyak

“Saya mau studi banding dan belajar lagi. Saya mau lebih paham lagi tentang bank sampah agar ke depan bank sampah tetap bertahan,” pungkasnya.

KLIK INI:  Demi Sampah, MTS Dorong Pemberdayaan Berbasis Komunitas dengan 4 Implementasi di Lapangan