Bob Dylan, Nobel Sastra, dan Aroma Alam dalam Lagunya

oleh -187 kali dilihat
Bob Dylan, Nobel Sastra, dan Aroma Alam dalam Lagunya
Bob Dylan-foto/CNN-(AFP PHOTO / FRED TANNEAU)

Klikhijau.com – Nobel sastra yang diterima Bob Dylan tahun 2016 lalu mendapat beragam tanggapan. Ada yang menganggapnya layak, tidak sedikit pula yang menganggapnya tak pantas dinobatkan sebagai penerima Nobel Sastra.

Karena selama ini Nobel Sastra identik dengan penulis novel, drama, cerpen dan puisi. Maka pada tahun 2016 itu, tradisi tersebut memudar.

Hal itu karena Bob Dylan bukanlah seorang novelis, dramawan, cerpenis atau penyair. Lelaki yang lahir pada 24 Mei 1941 dengan nama Robert Allen Zimmerman di Duluth, Minnesota, Amerika Serikat itu lebih dikenal sebagai pencipta lagu dan musisi.

Lagu-lagunya terkenal kritis dan mengangkat isu-isu kemanusian. Ia merupakan musisi pertama yang menerima Nobel Sastra.

Meski sejarah mencatat penerimanya tak selamanya dari penulis genre fiksi, semisal Winston Churchill menang Nobel Sastra berkat pidatonya. Pun demikian dengan Svetlana Alexievich, ia menang karena laporan jurnalistiknya. Dan ia menjadi jurnalis pertama jadi pemenang Nobel Sastra.

KLIK INI:  Dengar Lagunya, Armonica Band Bertutur Jujur tentang Kerusakan Alam

Lagu-lagu Bob Dylan pun terbilang unik, tidak seperti lagu pada umumnya. Lagu-lagu ciptaan Dylan merupakan jenis ekspresi puitis. Hal itu adalah sesuatu yang baru dalam tradisi lagu Amerika. Lagu-lagunya  mengagumkan.

Bahkan majalah musik Rolling Stone menempatkannya pada urutan kedua dalam daftar “Greatest Artists of All Time”. Ia  hanya kalah satu tingkat  saja di bawah The Beatles

Lagu-lagu Bob Dylan yang puitis juga banyak yang beraroma alam. Cobalah simak lagu berikut ini yang telah diterjemahkan dan disiarkan di  timbalaning.wordpress.com:

Berhembus bersama Angin

Berapa jalan yang harus disusuri manusia
Sebelum kau bisa menyebutnya manusia?
Berapa laut yang harus dilayari merpati putih
Sebelum dia bisa rebah di atas pasir?
Ya, berapa kali meriam harus ditembakkan
Sebelum akhirnya dilarang?
Jawabnya, kawan, bersama angin
Berhembus bersama angin

Berapa tahun gunung harus menjulang
Sebelum tersapu ke lautan?
Berapa tahun orang bisa hidup
Sebelum dia terbebaskan?
Berapa kali kau berpaling muka
Berpura-pura tak lihat?
Jawabnya, kawan, bersama angin
Berhembus bersama angin.

Berapa kali kau harus mendongak
Sebelum kau lihat langit?
Berapa telinga yang harus kita punya
Untuk mendengar tangisan?
Berapa banyak lagi kematian di bumi
Hingga kita sadar terlalu banyak yang mati?
Jawabnya, kawan, bersama angin
Berhembus bersama angin.

KLIK INI:  Apa Kelebihan dan Kekurangan Perkembangbiakan Tanaman secara Generatif?  

Dari judulnya saja, telah kental dengan aroma alam, yakni hembusan angin. Lagu ini sungguh menyentuh bila direnungkan.

Lagu ini mempertanyakan kemanusian kita, berapa jalan yang harus disusuri agar manusia layak disebut manusia.

Manusia tak serta merta bisa menjadi manusia, ia harus menempuh berbagai jalan untuk mencari jati dirinya.

Demikian pula denga burung putih, ia harus melewari banyak lautan agar bisa mencapai pantai. Pun gunung, pada akhirnya akan terhapus oleh lautan. Mungkin inilah yang akan disebut “kiamat” nantinya.

Lagu  Blowing In The Wind  atau Berhembus bersama Angin adalah lagu yang dipenuhi dengan pertanyaan yang butuh jawaban untuk membuat kita menjadi manusia—manusia yang mencintai sesama dan alam ini. Karena lagu-lagu ini menjadikan alam sebagai bahan renungan.

Menurut tempo.co lagu tersebut menjadi satu dari dua lagu yang mengantar Bob Dylan meraih Nobel sastra.

Sedangkan pada lagu Membuatmu Merasakan Cintaku, Dylan banyak menggunakan diksi hujan dan bintang-bintang

Dylan juga menggambarkan suasana hatinya dengan memakai kata badai, laut, dan gelombang. Diksi tersebut sangat identik dengan aroma alam.

Simaklah kata ini Badai yang mengamuk di laut yang bergelombang. Diksi ini terasa sangat kuat mengguncang. Bisa dibayangkan bagaimana dahsyatnya suatu cobaan. Laut  dengan gelombangnya saja bisa meruntuhkan ketegaran. Apalagi jika ditambah pula badai. Tentu cobaan akan semakin dahsyat dan beringas.  Ini lirik lengkapnya:

KLIK INI:  27 Juli, Hari Sungai Nasional, Sejarah dan Link Twibbon untuk Sosmed

 

Membuatmu Merasakan Cintaku

Ketika hujan menerpa wajahmu
Dan seluruh dunia memusuhimu
Aku bisa menawarkan pelukan hangat
Untuk membuatmu merasakan cintaku.
Ketika bayangan malam dan bintang-bintang muncul
Dan tidak ada seorang pun di sana untuk menghapus air mata mu

Aku bisa terus mendekapmu selama berjuta tahun
Untuk membuatmu merasakan cintaku.
Aku tau kamu belum membuat keputusan
Namun aku tak pernah mengecewakanmu.

Aku sudah tau itu sejak saat kita bertemu
Tidak ada keraguan dalam pikiranku di mana kamu berada
Aku rela menahan lapar, aku rela kesakitan
Aku rela merangkak di jalan raya
Semua rela ku lakukan

Untuk membuatmu merasakan cintaku.
Badai yang mengamuk di laut yang bergelombang
Dan dijalan raya penyesalan

Meskipun angin perubahan menghembuskan keliaran dan kebebasan
Kamu belum pernah melihat seseorang yang sepertiku sebelumnya
Aku dapat membuatmu bahagia, membuat impianmu menjadi nyata

Semua rela ku lakukan.
Pergi ke ujung dunia untukmu
Untuk membuatmu merasakan cintaku.
Untuk membuatmu merasakan cintaku.

Kata hujan pada lagu di atas juga kental dengan aroma alam. Karena itulah lagu ini terasa bisa jadi muatan untuk kampanye lingkungan. Oya, lagu ini tersiar di jendelakayuyangrapuh.wordpress.com.

Ada banyak lagu Bob Dylan yang memakai diksi beraroma alam yang layak didengarkan dan direnungkan, misalnya lagu The Times They are a Changin.

Lagu-lagu itu  bisa membuat kita merenungi kemanusian kita dan hubungan kita dengan alam. Lalu kemudian akan berujar, ooo, pantas ia mendapatkan penghargaan bergengsi Nobel Sastra dari Akademi Swedia.

KLIK INI:  Underwater, Gambaran Nyata Kerakusan Manusia di Laut