Begini Perspektif Agama Islam Menjawab Transisi Energi

oleh -98 kali dilihat
Begini Perspektif Agama Islam Menjawab Transisi Energi
Menyandarkan Sumber Energi Terbarukan Indonesia pada Energi Sel Surya/foto-Ist
arfan maulana palippui

Klikhijau.com – Sumber utama roda kehidupan ditunjang oleh energi, keberadaan energi merupakan bagian vital dalam aktivitas sehari-hari.

Tidak ada energi, tidak ada juga kehidupan, kiasan itu nampaknya cukup tepat dalam melihat situasi hari ini.

Indonesia tidak bisa lagi terus-menerus bergantung pada pemanfatan energi konvensional yang berasal dari fosil, minyak dan gas alam. Pasalnya ketersediaan sumber tersebut memiliki batasan.

Menurut penelitian kontemporer, ketergantungan kepada energi konvensional hanya akan sampai sekitar 50 hingga 100 tahun kedepan.

Jika laju permintaan kebutuhan energi, tidak sebanding dengan ketersediaan yang ada. Maka ancaman serius akan menghadang Indonesia di masa depan. Sejauh studi tentang energi digarap, pemanfaatan energi terbarukan dianggap sebagai alternatif terbaik untuk menjaga ketahanan energi nasional.

KLIK INI:  Apa Itu 'Sustainability' atau Keberlanjutan?

Energi dan degradasi lingkungan

Maka untuk dapat sampai pada titik itu, semua sektor memiliki peranan penting, tidak hanya ditingkat pemerintahan, tak terkecuali juga Agama. Indonesia yang secara mayoritas pemeluk Agama Islam, memiliki modal besar.

Agama bukan hanya berperan menjadi pondasi paling awal yang membentuk moral kemanusiaan, tetapi juga menjaga harmonisasi hubungan antar manusia, alam dan Tuhan.

Dominasi energi yang bersumber dari energi tak terbarukan merupakan penyumbang emisi terbesar kedua. Akibatnya perubahan iklim dan pemasang global tak lagi terelakkan.

Sejak dua abad terakhir, pemanfaatan energi konvensional memberikan indeks peningkatan luar biasa pada segi kesejahteraan fisik manusia. Namun dibalik fakta itu, konsekuensi besar nan sangat mahal telah menggerogoti.

Degradasi kualitas lingkungan hidup, reduksi parah keanekaragaman hayati, serta polusi udara terus meningkat. Di tengah situasi itu, gempuran ketidakpastian global juga menjadi ancaman nyata.

Diskursus ketahanan energi nasional, dapat dikatakan seiringan dengan visi pemerintah dalam menempatkan masa depan Indonesia pada era Net Zero Emmision (NZE).

KLIK INI:  Kenali 8 Sumber Energi Terbarukan yang Melimpah di Tanah Air

Melalui Kementrian ESDM, total potensi energi terbarukan PET dalam negeri mencapai 417,8 GW, yang terdiri dari potensi laut 17,9 GW, panas bumi 23,9 GW, bioenergy 32,6 GW, bayu 60,6 GW, hidro 75 GW dan surya 207,8 GW. Target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen jelang 2025 ini, permenuhan kapasitas pembangkit listrik EBT pada 2025 harus sekitar 45, 2 GW dan pada tahun 2050 sekitar 167,7 GW.

Selain itu, penerapan sektor energi energi terbarukan sejalan dengan pembangunan berkelanjutan baik secara prinsip dan sifatnya yang berusaha mengkonservasi daya tahan lingkungan untuk kepentingan masa depan.

Pandangan islam akan Transisi Energi

Islam tidak anti perubahan, agama Islam mendorong gerak perubahan ke arah yang lebih baik. Tak terkecuali dalam konteks energi. Memimjam seruan Sayyid Abdurrahman al-Ahdal dalam al-mawahib As-Saniyyah bahwa ulama harus mengutamakan kemaslatan umat ketimbang kemafsadatan

Rasulullah SAW pernah mengingatkan bahwa manusia harus berserikat dalam tiga hal: energi, air dan udara. Bila ditelisik secara kontekstual, Rasulullah SAW memberi pesan ajaran moral agar manusia berhati-hati dalam memanfaatkan energi. Dalam hal ini, manusia mesti memanfaatkan energi secara tidak berlebihan,

Dalam surat Ar-Rum Ayat 46 mengatakan, ‘‘Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmatnya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya, mudah-mudahan kamu bersyukur.

KLIK INI:  MADANI Apresiasi Upaya Pemerintah Luncurkan Pertamax Green 95 dari Tetes Tebu

Pandangan ayat di atas, menujukkan bagaimana umat manusia diserukan memanfaatkan angin untuk berguna bagi umat manusia, dalam artian pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber pada kreativitas dan inovasi dari akal budi manusia dibutuhkan untuk mengelola teknologi dengan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga angin.

Qur-an surat Al-A’raf ayat 128 yang berbunyi, ‘‘manusia merupakan khalifah Allah. Bumi dan seluruh isinya diamanahkan kepada umat manusia untuk dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya’’.

Di sini, agama islam berupaya melihat dari sudut pandang fikih sebagai al-‘ilmu bi al-ahkam asysyar’iyyah al-‘amaliyyah al-muktasabu min adillatiha at-tafshiliyyah, atau ilmu tentang hukum-hukum agama yang bersifat praktis.

Penerapan energi terbarukan sejalan dengan ta’abuddy yang berarti tindakan melakukan pelestarian alam yang merupakan bagian dari kepatuhan terhadap Allah SWT. Menjaga bumi dan segala isinya secara ilmu fikih merupakan wajib.

Maka secara garis besar, Islam tidak melarang transisi energi, tetapi mendorongnya demi kemanfaatan untuk kerberlangsungan hidup manusia. Selagi tidak menimbulkan madlarat/mafsadah maka pada dasarnya tidak ada larangan.

Maka penerapan energi terbarukan adalah solusi terbaik untuk menjaga kelangkaan energi, ketahanan energi nasional dan kelestarian lingkungan. Wallahu a’lam.

KLIK INI:  Kegirangan Bilbil dan Ancaman yang Mengintai Capung