Baterai Bekas yang Tak Pernah Dibuang dengan Benar

oleh -44 kali dilihat
Baterai Bekas yang Tak Pernah Dibuang dengan Benar
Baterai bekas - Foto: Ist

Klikhijau.com – Tidak ada yang benar-benar memperhatikan benda itu, hanya sebuah toples plastik lusuh di pojok warung, diapit antara rak mi instan dan kaleng kopi sachet. Di dalamnya bertumpuk baterai bekas, kecil, kusam, dan tampaknya tidak cukup penting untuk dipikirkan. Lagi pula, seberapa berbahayanya benda kecil itu dibanding banjir, longsor, atau polusi udara yang lebih pantas jadi bahan obrolan?. Begitu pikir banyak orang.

Baterai bekas memang bukan jenis sampah yang ramai dibicarakan. Ia bukan seperti sampah plastik yang mengambang di sungai atau kabut polusi yang bisa terlihat di cakrawala kota. Tapi bahaya yang dibawanya diam-diam meresap ke tanah, merembes ke air, dan menumpuk di tubuh-tubuh makhluk hidup.

Tergolong berbahaya

Menurut laporan dari Environmental Protection Agency (EPA), baterai terutama jenis lithium-ion dan alkaline, menyimpan kandungan logam berat seperti merkuri, timbal, dan kadmium, yang jika dibuang sembarangan dapat menyebabkan kebakaran di fasilitas pengelolaan limbah dan mencemari tanah serta air tanah.

Sayangnya di Indonesia, baterai bekas sering diperlakukan seperti sampah biasa. Kesadaran akan bahaya baterai bekas masih rendah. Dibuang ke tong sampah, ikut terangkut truk pengangkut, dan berakhir di tempat pembuangan akhir tanpa perlakuan khusus.

KLIK INI:  Apa Perbedaan El Nino dan La Nina?

Baterai bekas termasuk dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jika dibuang sembarangan, logam berat dan bahan kimia yang terkandung didalamnya dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air tanah.

Selain itu, Studi dari Journal of Royal Society of Chemistry (2021), menunjukkan bahwa cemaran logam berat dari baterai yang terbuang dapat bertahan di lingkungan selama puluhan tahun, menyebabkan akumulasi toksik di rantai makanan melalui tanaman dan organisme akuatik.

Kasus pencemaran akibat limbah baterai bukanlah hal baru di Indonesia. Misalnya, di Riau pada tahun 2004 dan Bogor pada tahun 2015, terjadi pencemaran lingkungan akibat limbah baterai timbal-asam yang mencemari lingkungan.

Selain itu, limbah baterai juga dapat mengancam satwa liar. Baterai yang dibuang sembarangan dapat mengalami kebocoran yang mengancam satwa liar. Terdapat kemungkinan para satwa mengiranya sebagai makanan, yang secara tidak disadari dapat memicu dampak buruk bagi ekosistem.

Toh, masalahnya bukan cuma pengetahuan, tapi juga sistem. Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup Bandung telah menunjuk beberapa titik tempat sampah yang memfasilitasi warga Bandung untuk membuang sampah elektronik yang dimiliki. Tempat tersebut merupakan tempat sampah resmi sehingga nantinya sampah akan dikelola secara bertanggung jawab.

KLIK INI:  Begini Perspektif Agama Islam Menjawab Transisi Energi

Tapi, di banyak kota yang lainnya, belum ada fasilitas resmi yang menerima limbah baterai dari rumah tangga. Bahkan petugas kebersihan pun sering tidak tahu harus diapakan benda kecil yang satu ini.

Namun, dibalik kekosongan sistem itu, inisiatif sederhana seperti toples di warung kecil dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan menyediakan tempat khusus untuk mengumpulkan baterai bekas, masyarakat diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan mulai memilah sampah berbahaya dari sampah rumah tangga biasa.

Pengumpulan baterai bekas secara terpisah memungkinkan baterai-baterai tersebut untuk didaur ulang dengan aman. Proses daur ulang baterai lithium-ion dapat mengurangi emisi karbon dan menghemat sumber daya alam yang terbatas. Selain itu, daur ulang juga dapat mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat dalam baterai.

Menurut EPA, baterai lithium-ion yang telah habis pakai sebaiknya tidak dibuang ke tempat sampah umum atau tempat daur ulang biasa. Sebaliknya, baterai tersebut harus dikirim ke fasilitas daur ulang yang bersertifikat atau program pengumpulan limbah berbahaya rumah tangga.

Di beberapa negara, program pengumpulan baterai bekas telah berhasil meningkatkan tingkat daur ulang. Misalnya, di Amerika Serikat, program seperti Call2Recycle menyediakan lokasi pengumpulan baterai di berbagai toko ritel dan pusat daur ulang. Program ini telah berhasil mengumpulkan jutaan baterai bekas untuk didaur ulang dengan aman.

Di Indonesia, upaya serupa masih terbatas. Namun, inisiatif kecil seperti toples di warung kecil dapat menjadi contoh bagi komunitas lain untuk memulai langkah serupa. Dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, program pengumpulan baterai bekas dapat diperluas ke berbagai daerah untuk melindungi lingkungan dari bahaya baterai bekas.

Kesadaran akan bahaya baterai bekas dan pentingnya daur ulang harus terus ditingkatkan melalui edukasi dan sosialisasi. Masyarakat perlu diberi informasi tentang cara membuang baterai bekas dengan aman dan manfaat dari daur ulang baterai. Dengan demikian, kita dapat bersama-sama menjaga lingkungan dari ancaman baterai bekas yang berbahaya.

Perubahan bisa dimulai dari tindakan kecil, dari sudut yang tak terduga. Mungkin bukan hari ini, mungkin bukan besok. Tapi siapa tahu, suatu saat, lebih banyak toples seperti itu akan muncul dan bumi punya alasan untuk bernapas sedikit lebih lega.

KLIK INI:  Minum Kopi Bisa Mengurangi Tingkat Kematian, Benarkah?