Bakteri Penyumbang Oksigen di Bumi Terancam Plastik di Laut

oleh -619 kali dilihat
Bakteri Penyumbang Oksigen di Bumi Terancam Plastik di Laut
Bakteri penyumbang oksigen di bumi terancam plastik di laut/Foto-Instagram

Klikhijau.com – Po plastik di laut tidak hanya memengaruhi makhluk laut tetapi ekosistem global secara keseluruhan, termasuk manusia. Saking banyaknya limbah plastik di laut, sampai-sampai juga mengancam eksistensi bakteri yang dibutuhkan untuk membantu kita bernapas.

Perlu diketahui bahwa sepersepuluh oksigen yang kita hirup berasal dari satu jenis bakteri laut, melalui proses fotosintesis.

Namun, penelitian menemukan bahan kimia yang larut dari limbah plastik dapat mencegah bakteri yang memproduksi oksigen dan merusak pertumbuhannya.

Sebelum mengetahui fakta ini, para ilmuwan mengambil serpihan tas dari kantung plastik tipis dan anyaman PVC yang dibiarkan dalam air laut buatan selama lima hari.

Ketika bahan kimia di dalamnya telah larut, bakteri yang disebut Prochlorococcus terpapar air laut. Ini mengubah pola pertumbuhan bakteri dan memicu gen yang terkait dengan stres.

KLIK INI:  Perlu Waspada, Bakteri Mematikan Semakin Menyebar karena Perubahan Iklim

Temuan ini sungguh menimbulkan keprihatinan yang besar. Pasalnya, jumlah sampah plastik di lautan diprediksi akan lebih banyak daripada ikan pada tahun 2050.

Padahal, bakteri yang terpengaruh kondisi ini sangat penting bagi udara yang kita butuhkan untuk bertahan hidup.

“Mikro-organisme kecil ini sangat penting untuk jaring makanan laut, berkontribusi pada siklus karbon, dan dianggap bertanggung jawab atas 10 persen dari total produksi oksigen global,” jelas Dr. Lisa Moore, rekan penulis studi dari Macquarie University di Australia.

“Jadi satu dari setiap 10 napas oksigen yang Anda hirup adalah berkat para bakteri ini. Namun, hampir tidak ada yang diketahui tentang bagaimana bakteri laut, seperti Prochlorococcus, merespons polutan manusia.”

Banyak penelitian tentang polusi laut berfokus pada ikan dan kehidupan laut lainnya, saat mereka menelan atau terbelit plastik. Namun, materi berbahaya ini juga mengancam penghuni terkecil samudera.

Ialah cyanobacteria seperti Prochlorococcus, yang diyakini membuat Bumi layak huni bagi manusia dan hewan. Caranya dengan menggunakan fotosintesis dengan mengubah energi dari matahari dan air menjadi oksigen untuk bernapas.

Saat ini ada sekitar tiga oktiliun bakteri Prochlorococcus hijau kecil yang hidup di lautan dunia. Satu oktiliun memiliki 27 nol.

KLIK INI:  Piknik di Pantai Berkubang Sampah

Untuk melihat apakah plastik bisa memengaruhi bakteri, para peneliti mengekspos sel-sel dari dua strain yang ditemukan di kedalaman laut berbeda, dengan bahan kimia yang terlepas dari kantong plastik dan PVC.

Studi dalam jurnal Communications Biology menunjukkan, PVC mungkin paling berbahaya. Sebab mengandung ‘plasticizer’ untuk membuat bahan lebih fleksibel, serta bahan kimia keras untuk menjaga kebersihan dan mengatur suhunya.

Persoalan sampah plastik memang tak bisa dianggap enteng. Ketika dibuang, sampah tidak serta-merta langsung terurai begitu saja.

National Oceanic and Atmospheric Administration, badan ilmiah di Departemen Perdagangan Amerika Serikat yang berfokus pada kondisi samudera dan atmosfer, menjelaskan bahwa waktu dekomposisi sampah berbeda-beda menurut jenisnya.

Selain punya dampak terhadap lingkungan dan biologis, perekonomian nasional pun bisa-bisa dirugikan lantaran hal ini.

Menurut Co-founder Making Ocean’s Plastik Free (MOPF), Roger Spranz, kerugian ekonomi tanah air akibat pencemaran sampah plastik mencapai Rp39 triliun per tahun.

Perlahan, pemerintah Indonesia mulai membenahi masalah sampah plastik. Termasuk dengan rencana menghentikan impor limbah plastik. Semoga!

KLIK INI:  Indonesia - UN Environment Perkuat Kerja Nyata Atasi Sampah Laut