- Hari Bumi 2024: Ford Foundation Dukung BRWA Kelola Registrasi Wilayah Adat di Tapanuli Utara dan Lutra - 23/04/2024
- Begini Cara SDNBorong dan SDN Parinring Makassar Rayakan Hari Bumi 2024 - 22/04/2024
- Cerita Baru Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi Lintas Provinsi diMakassar, Tersangka Siap Disidangkan - 22/04/2024
Klikhijau.com – Aktivitas bakar sampah untuk mengatasi tumpukannya. Masih dianggap jadi solusi tepat dan cepat bagi sebagian orang.
Hampir setiap waktu kita akan menemukan dan melihat kepulan asap di udara. Asap itu berasal dari aktivitas bakar sampah yang dilakukan masyarakat.
Bukan tanpa alasan, mereka melakukannya. Karena setiap orang menyukai hidup bersih, karenanya tidak ada menyukai jika ada sampah berserakan.
Masalahnya pengelolaan sampah tidak merata, bahkan tempat sampah pun demikian. Maka masyarakat mencari solusi instan dengan cara membakarnya.
Padahal membakar sampah mengandung banyak bahaya, di antaranya bisa memicu kebakaran besar apalagi jika tidak dilakukan dengan teliti.
Membakar sampah, misalnya di area perumahan atau yang padat penduduknya sangat berisiko, karena bisa bisa menyebabkan api cepat menyebar dan menimbulkan kebakaran yang besar, belum lagi jika dilakukan di musim kemarau.
Bahaya lain yang mengintai dari aktivitas bakar sampah adalah dapat memicu infeksi saluran pernapasan (ISPA). Penyakit ini juga sangat berbahaya bagi manusia.
Membakar sampah secara serampangan dapat pula menghasilkan karbonmonoksida atau CO. Zat ini bila terhirup oleh manusia dapat mengusik fungsi kerja hemoglobin atau sel darah merah.
Padahal salah satu fungsi hemoglobin adalah mengangkut dan mengedarkan oksigen (O2) ke seluruh tubuh.
Apabila kita kekurangan O2, akbitanya bisa sangat fatal, karena akan memicu kematian. Misalnya, jika kita membakar satu ton sampah, maka akan berpotensi menghasilkan gas CO sebanyak 30 kg. Jumlah yang tidak sedikit, bukan?.
Bahaya lainnya
Zat berbahaya lainnya yang dihasilkan dari pembakaran sampah adalah senyawa kimia dioksin. Zat ini bisa digunakan sebagai racun tumbuhan atau herbisida. Sehingga sangat berbahaya bagi manusia, tumbuhan dan juga satwa.
Tidak berhenti di situ saja, aktivitas pembakaran sampah juga mengandung klorin yang dapat menghasilkan 75 jenis zat beracun lain.
Belum lagi asap dari pembakaran sampah bisa memicu penyakit jantung, karena mengandung benzopirena atau gas beracun yang dapat menyerang jantung sebanyak 350 kali.
Benzopirena diduga kuat sebagai biang kerok penyebab kanker dan hidrokarbon berbahaya, misalnya asam cuka yang jadi penyebab iritasi.
Bahaya membakar sampah tidak hanya bersumber dari sampah anorganik, tapi juga dari organik. Misalnya membakar kayu, ternyata dapat menghasilkan senyawa yang berpeluang mengakibatkan kanker.
Jika ingin membakar sampah, sebaiknya dilakukan di ruang tertutup dengan suhu yang dianjurkan. Karena apabila membakar sampah di area terbuka, itu dapat menghasilkan Particulate Matter (PM) atau partikel debu halus dengan level yang mencapai level PM 10 (10 mikron).
Zat ini tidka dapat disaring disaring oleh alat pernapasan manusia, sehingga dapat masuk ke paru-paru dan mengakibatkan gangguan pernapasan atau ISPA.
Bahaya lain dari pembakaran sampah di area terbuka adalah hasil dari sisa pembakaran yang berupah abu atau debu, bisa terhirup atau melengket di tangan, khususnya bagi anak-anak saat bermain. Dan apabila tidak dicuci bersih bisa berbahaya bagi kesehatan.
Pembakaran sampah, tidak hanya mengganggu kesehatan manusia, tetapi juga tumbuhan dan satwa. Selain itu, abu atau debu hasil dari pembakaran sampah dapat pula mencemari tanah, membuatnya tidak subur apalagi jika itu jenis sampah anorganik.
Abu atau debunya juga dapat mencemari air. Membakar sampah juga dapat menipiskan ozon, yang menyebabkan pemanasan global
Jadi, aktivitas membakar sampah, meski menjadi cara instan “menghilangkan” sampah dan menciptakan kebersihan, sebaiknya dihindari karena mengandung berbagai ancaman kesehatan.
Lalu apa solusinya
Saat ini telah banyak bank sampah, ada baiknya jika sampah yang dihasilkan, agar tidak berakhir ditungku pembakaran, maka setorlah ke bank sampah, khususnya untuk sampah anorganik!.
Langkah selanjutnya untuk menghindari pembakaran sampah, khususnya untuk jenis organik, jauh lebih baik jika diubah menjadi menjadi kompos sehingga memiliki manfaat yang lebih.
Sebelum melakukan dua hal di atas (menyetor ke bank sampah dan membuat pupuk organik) sebaiknya pilah dan pisahkan sampah terlebih dahulu. Ini akan memudahkan dalam pengelolaannya.
Selain cara di atas, cara lain yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan sampah menjadi bahan bakar. Saat ini telah banyak yang menyulap sampah anorganik menjadi bahan bakar.
Cara lainnya adalah menyulapnya menjadi kerajinan tangan. Ini pun bisa dilakukan, selain mengurangi sampah, juga bisa meningkatkan taraf hidup secara ekonomi dan ekologi.