Bagaimana Menangani Perubahan Iklim dan Hilangnya Keanekaragaman Hayati?  

oleh -1,691 kali dilihat
Menyimak 5 Pesan Penting dari Laporan IPCC AR6-WG II Perihal Krisis Iklim
Ilustrasi perubahan iklim/Foto-pixabay

Klikhijau.com – Bumi sedang menghadapi apa yang disebut dengan krisis ganda yakni ancaman perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Di tengah dua ancaman serius ini, seluruh dunia sedang berpikir keras bagaimana menanganinya.

Ini penting sebab dampak dari kedua problem ini sudah berimbas terhadap sektor ekonomi, masyarakat, dan kesehatan masyarakat. Bahkan, perubahan iklim yang semakin cepat juga berdampak negatif pada banyak spesies dan ekosistem dunia, yang mendorong hilangnya keanekaragaman hayati.

Dari laporan UN Environment Programme World Conservation Monitoring Centre (UNEP-WCMC), menegaskan perlunya suatu langkah fundamental dalam pemulihan ekosistem. Hal itu digambarkan pada sebuah artikel berjudul “Tacking Climate Change and Biodiversity loss Together(3 November 2020).

Menurut mereka, upaya melestarikan, mengelola, dan memulihkan ekosistem – yang dikenal sebagai solusi berbasis alam – adalah salah satu pendekatan yang paling hemat biaya saat ini untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penelitian terbaru menemukan bahwa memulihkan 30% lahan yang telah dikonversi untuk pertanian di kawasan prioritas, di samping mempertahankan ekosistem alami, akan mencegah lebih dari 70% proyeksi kepunahan mamalia, burung, dan amfibi.

KLIK INI:  Ditemukan Ikan Kakap Tua Berumur 81 Tahun, Perawakannya Aneh!

Solusi berbasis alam seperti restorasi sangat efektif karena, tidak seperti intervensi berbasis infrastruktur, tindakan yang meningkatkan keanekaragaman hayati dapat membantu mengatasi perubahan iklim dengan dua cara sekaligus: melalui mitigasi dan adaptasi.

Selain menyerap dan menyimpan karbon, ekosistem dapat membantu masyarakat beradaptasi dengan dampak negatif perubahan iklim, serta memberikan banyak manfaat lainnya.

Berikut adalah 4 contoh bagaimana konservasi, pengelolaan, dan pemulihan ekosistem berbasis alam dapat berkontribusi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim:

  • Lahan gambut

Meskipun mencakup kurang dari 3% permukaan tanah global, perkiraan menunjukkan bahwa lahan gambut mengandung karbon dua kali lebih banyak dari hutan dunia, sehingga konservasi lahan gambut sangat penting untuk menyimpan karbon.  Memastikan lahan gambut yang sehat juga membantu mengurangi dampak perubahan iklim dengan mengatur aliran air, mengurangi banjir dan kekeringan.

KLIK INI:  Peran Agama di Masa Pandemi Coronavirus
  • Hutan

Diperkirakan bahwa hutan menyerap sekitar 30% tingkat emisi karbon saat ini dari bahan bakar fosil dan industri ke dalam biomassa dan tanahnya.

Konservasi dan restorasi hutan dataran tinggi juga dapat membantu adaptasi dengan menstabilkan lereng gunung dan mengatur aliran air, melindungi masyarakat dan masyarakat dari banjir bandang dan tanah longsor saat curah hujan meningkat.

  • Lamun

Meskipun mereka hanya menutupi 0,1% dari dasar laut, padang lamun diperkirakan bertanggung jawab atas lebih dari 10% karbon yang terkubur setiap tahun di sedimen laut. Karenanya, konservasi lamun sangat penting untuk mengurangi perubahan iklim.

Tindakan untuk mendukung padang lamun juga dapat membantu adaptasi bagi masyarakat pesisir dengan meningkatkan ketahanan pangan; mereka menyediakan habitat pembibitan yang berharga bagi lebih dari 20% perikanan terbesar di dunia.

KLIK INI:  Memahami Pengertian Efek Rumah Kaca, Penyebab dan Dampaknya
  • Mangrove

Mangrove menyumbang kurang dari 1% dari semua hutan tropis di seluruh dunia, tetapi tanahnya merupakan penyerap karbon yang sangat efektif, mengunci karbon dalam jumlah besar dan menghentikannya memasuki atmosfer.

Melestarikan, mengelola, dan memulihkan hutan bakau juga penting dalam membantu masyarakat beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim karena dapat mengurangi dampak gelombang badai dan kenaikan permukaan laut pada masyarakat pesisir.

***

Sepuluh tahun ke depan adalah jendela penting untuk mengatasi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Oleh sebab itu, diperlukan suatu koordinasi dan tindakan lokal untuk menangani krisis ganda tersebut secara terintegrasi.

Kata kuncinya adalah meningkatkan penggunaan solusi berbasis alam adalah bagian penting. Pencapaian ini akan bergantung pada peningkatan kesadaran dan pembangunan kapasitas untuk menerapkan solusi berbasis alam di seluruh pemerintah, bisnis, dan komunitas.

Seluruh komunitas di dunia diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran dunia atas keterkaitan upaya konservasi keanekaragaman hayati dan aksi iklim menjelang dimulainya “Dekade Restorasi Ekosistem” dan “Dekade Aksi Perserikatan Bangsa-Bangsa” untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (2021-2030).

Semoga krisis ganda ini dapat diatasi secara bersama dengan sinergitas dan tetap melestarikan kawasan keanekaragaman hayati khususnya hutan.

KLIK INI:  Resistensi Perempuan sebagai Elan Vital Pergerakan Ekofeminisme di Indonesia