- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Kota Moreland, kota yang terletak di pinggiran kota Melbourne, Australia. Di kota itu, para peternak dibuat geram. Sebab pemerintah setempat melarang menu daging dalam setiap acara di hari Senin.
Pekan lalu, pemerintah Kota Moreland membuat keputusan agar mengurangi konsumsi daging.
Tujuannya sungguh baik, yakni mengurangi pemicu perubahan iklim. Iya, para aktivis lingkungan mendesak masyarakat untuk mengurangi makan daging untuk menyelamatkan lingkungan.
Namun, meski peraturan itu baik. Tetap dinilai bisa merugikan industri peternakan setempat.
Seorang peternak lokal Steven Castle menilai keputusan Pemkot Moreland sebagai tindakan munafik.
Sebelumnya sebuah Panel Perubahan Iklim (IPCC) merilis laporan yang menyebut menu daging menyebabkan lebih banyak polusi daripada menu-menu lainnya.
Castle membalas keputusan itu bukan dengan demo. Ia membalasnya dengan menawarkan diskon dan pengiriman gratis untuk pembelian daging dari warga Moreland.
“Menggelikan sekali karena para pegawai negeri yang duduk di kantor ber-AC di perkotaan ini, melontarkan argumen bahwa mengurangi makan daging adalah cara mengurangi perubahan iklim,” katanya.
Ia menilai Pemkot Moreland akan memukul sektor peternakan sementara manfaat lingkungan yang didapatkan sangat minim.
Bagi Castle para pengambil keputusan tersebut merupakan orang-orang berpikiran sempit.
“Kami menjalankan metode pertanian tradisional. Sehingga semakin kami dipersulit, maka semakin banyak bahan makanan diproduksi secara massal melalui pabrik. Dampaknya pada lingkungan justru lebih besar,” tegas Castle.
Program “Senin bebas daging” adalah upaya membantu mengatasi perubahan iklim.
“Saya pikir wajar saja bila kami berani mengambil keputusan seperti ini,” ujar Walikota Moreland, Natalie Abboud
Namun, Castle menganggap manfaatnya bagi lingkungan sangat terbatas.
Sumber emisi GRK masih di tangan listrik
“Jika para pengambil kebijakan terus mempersulit kehidupan peternak, akan semakin banyak makanan buatan pabrik yang digunakan. Tentunya itu tidak bagi untuk planet kita,” ujar Castle.
Sementara itu, CEO Dewan Industri Daging Australia Patrick Hutchinson secara terpisah menyebut Pemkot Moreland salah menafsirkan laporan IPCC.
Dia menilai Pemkot Moreland kurang memahami mata rantai pasokan daging di Australia.
“Kami marah sekali karena Pemkot itu dengan mudah memilih mempromosikan diri sendiri dan agenda Partai Hijau. Padahal sebenarnya tidak menyelesaikan apa-apa,” ujar Hutchinson.
Keputusan ini, katanya, tak lain dari tindakan populis Pemkot di wilayah perkotaan untuk mengambil jalan pintas dan menyalahkan orang lain.
“Kami sebagai industri berupaya mencapai karbon netral pada tahun 2030. Saya belum pernah dengar ada Pemkot di Melbourne yang mengajukan hal serupa,” tambahnya.
Banyak orang menduga, ternak adalah sumber terbesar gas rumah kaca (GRK) di seluruh dunia. Sebagai contoh, sebuah analisis tahun 2009 yang diterbitkan oleh organisasi Worldwatch Institute yang berbasis di Washington D.C., Amerika Serikat menyatakan bahwa 51% emisi GRK global berasal dari pemeliharaan dan pengolahan ternak.
Namun,menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, sumber terbesar emisi GRK Amerika pada tahun 2016 adalah produksi listrik (28% dari total emisi), transportasi (28%) dan industri (22%).
Sektor pertanian secara keseluruhan menyumbang hanya sebesar 9%. Dari sektor peternakan hewan secara keseluruhan menyumbang kurang dari setengah jumlah ini, yaitu 3,9% dari total emisi gas rumah kaca AS. Angka tersebut sangat berbeda dari klaim yang mengatakan ternak memberikan sumbangan GRK lebih banyak dari sektor transportasi.
Sedangkan menurut Dr. Amanda Katili Niode, Manajer Climate Reality Indonesia bahwa iklim dunia kian memburuk. Terbukti dari musim panas dan musim dingin ekstrem di belahan dunia berbeda.
Dia menyarankan untuk mengurangi mengonsumsi daging demi menyelamatkan Bumi dari perubahan iklim
“Mengurangi makan daging sapi, misalnya, lebih baik bagi lingkungan karena peternakkan sapi menghasilkan gas ke udara lebih banyak. Berbeda dengan tahu yang proses produksinya tidak terlalu berdampak buruk untuk lingkungan,” kata Amanda.