Apakah Pohon Bisa Menangis?

oleh -617 kali dilihat
Apakah Pohon bisa Menangis
Warga Dusun Krajan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur, geger dengan kabar pohon akasia yang menangis pada Januari 2020 silam - Foto/Jawapos
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Benarkah pohon bisa menangis? Kalau ia mengapa ia menangis? Apakah ini peristiwa mistis atau sesuatu yang dapat dijelaskan secara ilmiah?

Beberapa waktu lalu, ada kejadian viral tentang pohon yang menangis yang sempat menghebohkan pemberitaan. Kejadiannya pada akhir tahun 2019 lalu, di Pekalongan, Jawa Tengah, warga geger akibat dua pohon rambutan di halaman sebuah masjid mengeluarkan air pada dahan dan daunnya seolah menangis.

Berselang beberapa lama, kejadian serupa juga terjadi di tempat lain pada Januari 2020. Warga Dusun Krajan, Mojosari Jember Jawa Timur, geger dengan hebohnya kabar tentang pohon akasia yang menangis. Tangisan akasia tersebut cukup mistis karena menyerupai tangis anak bayi.

Uniknya, Dikutip dari Jawapos (19 Januari 2020), suara tangisan pohon di Krajan terdengar cukup jauh hingga 50 Meter. Hal itu diakui seorang warga Dusun Krajan bernama Abdul Azis. Bahkan, secara mengejutkan, Azis mengakui bahwa suara tangisan telah ia dengarkan sejak 5 tahun sebelumnya.

Dua kejadian ini seolah menjadi bukti bahwa pohon benar-benar dapat mengeluarkan suara mirip tangisan atau katakanlah menangis.

KLIK INI:  Benarkah Gowa Darurat Tempat Sampah?
Fakta tentang pohon yang menangis

Dari beberapa literatur disebutkan bahwa memang ada satu jenis pohon yang benar-benar dapat menangis yakni pohon Dillenia. Orang Sunda menyebutnya pohon Simpur atau Sempur. Sedangkan di Jawa dinamai pohon Junti. Pohon Dillenia masuk dalam keluarga dilleniaceae.

Pohon simpur merupakan pohon asli Indonesia yang oleh para ahli menamainya Dillenia aurea atau Dillenia spigata.

Dillenia dapat tumbuh setinggi 27 meter dengan diameter batang bisa mencapai 70 cm. Pohon ini dapat tumbuh di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Kayunya tergolong kayu lembek dan satu tingkat di bawah pohon jati.

Pohon Dillenia dipercaya dapat mengeluarkan suara tangisan. Suara tangisan pada Dillenia bukanlah peristiwa mistis, namun sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah.

Kayu ini memiliki serat-serat memanjang yang tidak putus-putus hingga ke ujung batang dan memiliki dinding serat yang alot. Adanya pengisapan zat-zat makanan dari daun yang cukup kuat, serta tekanan dari akar yang relatif sangat kuat juga, menyebabkan tekanan udara di dalam serat-serat (berupa pembuluh-pembuluh) tadi menjadi lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya.

KLIK INI:  Rasakan Panas Terik yang Sangar Hari Ini? Begini Penyebabnya!

Jika cuaca agak panas, maka tekanan udara ini akan lebih besar lagi, hal ini akan menyebabkan tekanan udara di sekitarnya agak berkurang.

Lalu, saat pohon ini dilukai, dengan cara ditebang atau dicongkel dengan pisau, maka pembuluh-pembuluh (di dalam serat-serat) tadi akan terluka, dan putus-putus. Akibatnya udara di dalam batang akan menekan keluar.

Tetapi, karena lubang-lubang pembuluhnya berukuran sempit, maka memicu munculnya suara mendesis yang panjang dan lama, sampai tekanan udara di dalam kayu sama dengan tekanan udara di luar.

Bunyi mendesis inilah yang terdengar oleh orang-orang seperti tangisan bayi.

Selain suara mirip tangisan, pohon Dillenia juga diketahui dapat mengeluarkan cairan mirip darah manusia bila diiris batangnya. Hal ini bisa membangun mitos bahwa sang pohon berdarah saat dilukai.

Nah, kita dapat mencobanya pada Dillenia dengan mengirisnya melintang dari batang kira-kira 3 cm. Setelahnya, tempelkan telinga dekat pada bagian yang dilukai. Suara tangisan akan terdengar dari pohon ini.

KLIK INI:  Matikan Lampu Sebelum Tidur Supaya Burung Juga Bisa Tidur

Sedangkan dari bekas sobekan batang akan mengeluarkan cairan berwarna merah mirip darah manusia yang diibaratkan sebagai darah pohon.

Ini membuktikan bahwa suara tangisan pada pohon ini bukan karena sesuatu yang misterius, tetapi suatu proses alami yang terjadi pada pohon itu sendiri.

Peristiwa ilmiah

Pada penjelasan lain disebutkan bahwa peristiwa suara tangisan pada pohon disebabkan oleh adanya air yang berlebihan dari sebuah pohon atau tanaman. Air tersebut secara perlahan akan dikeluarkan yang disebut dengan gutasi.

Dikutip dari Okezone (19 Januari 2020), Dosen Biologi dari Universitas Jember, Wachyu Subhan menyebut tangisan pohon terjadi karena ia sedang menjaga proses metabolismenya. Hal ini sering terjadi pada peralihan musim dari kemarau ke musim huhan yang memicu terjadinya resapan air ke batang.

Menurut Wachyu, ketika peralihan musim, akan ada materi-materi yang masuk ke batang pohon yang menyebabkan sebuah pohon akan melakukan stabilisasi terhadap tekanan secara alami. Proses ini, kata Wachyu dinamai sekresi betabolik dalam ilmu biologi.

Jadi, saat tekanan besar, proses sekresi ini akan memicu keluarnya desisan atau dengung.

KLIK INI:  Peka dan Resah, Kunci Utama Tumbuhkan Perilaku Ramah Lingkungan

Kata Wachyu, saat tumbuhan mengabsorb makanan yang banyak terjadi kelebihan dan muncul tekanan dari dalam ke luar. Bentuk pengeluarannya ada beberapa macam.

“Kalau dalam bentuk air stomata, itu akan muncul namanya gutasi. Jadi air netes, kalau kita di bawah pohon kesannya seperti hujan padahal tidak,” terangnya.

Imbas lainnya, menurut dia, yakni keluarnya suara, di mana suara ini karena ada tekanan dari dalam ke luar, yang keluar bahan-bahan sekresi. Bahan-bahan ini bisa keluar melalui lubang kecil yang ada di batang pohon.

“Dari situ karena tekanan besar akan muncul suara terimpit kesannya seperti suara orang menangis,” tutur Wahyu.

Jadi besar kecilnya suara dengungan seperti tangisan ini bergantung pada besar kecilnya pori yang ada di batang pohon. Di saat tekanan di dalam besar sementara porinya kecil, maka suara yang muncul juga besar.

“Ini yang mungkin diasumsikan seperti orang menangis,” lanjutnya.

Apa pun itu, pohon punya bahasa sendiri sehingga wajar bila ia harus diperlakukan dengan cinta dan kasih sayang. Mari merawat dan menjaga pohon untuk kehidupan yang tetap bersahaja!

KLIK INI:  Hari Anak Nasional, Penting Mengajak Anak Cinta Lingkungan Sejak Dini