Klikhijau.com – Hajatan Makassar International Writers Festival (MIWF) Ke-9 tahun 2019 di Benteng Fort Rotterdam, baru saja berlalu.
Tahun ini MIWF yang mengusung konsep Zero Waste Festival, sebagai bentuk kampanye melarang penggunaan plastik sekali pakai.
Tidak hanya dinilai sukses oleh semua kalangan karena limbah yang dihasilkan selama kegiatan. Dan dihadiri ribuan pengunjung selama tiga hari, limbahnya baik organik dan anaorganik tidak berujung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa Antang.
“Kita yang melakukan festival ini tidak ikut membuang, dan menghasilkan yang namanya sampah. Karena limbah organik yang dikumpulkan diolah jadi kompos. Sedangkan untuk limbah plastik diolah jadi Ecobrick atau batu bata ramah lingkungan,” ungkap Lily Yulianti Farid, Direktur MIWF baru-baru ini.
Menariknya, usai pelaksanaan MIWF di Benteng Fort Rotterdam Sabtu 29 Juni 2019. Andi Nisfatul Aira yang juga Ambasador Zero Waste MIWF akan dianugerahi penghargaan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas).
Melalui Hasanuddin Center for Tobacco Control and Non Communicable Disease Prevention (Hasanuddin Contact) atau lembaga yang konsen mendorong dan membantu pemerintah kota Makassar mengefektifkan implementasi Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) memberikan award pada Aira yang berhasil mengamankan 4.264 puntung rokok, lalu dibuat Cigbrick selama berlangsungnya MIWF.
Pastinya, Aira begitu ia disapa merasa senang dan bangga. Mendengar dirinya akan diberikan penghargaan di Aula Prof Amiruddin Fakultas Kedokteran Unhas, Sabtu 13 Juli 2019.
“Saya sangat senang akan undangan pihak FKM Unhas yang akan memberikan penghargaan pada Aira. Dan kami akan hadir sekeluarga untuk memberikan semangat pada Aira,” kata Indrawati Abdi, orang tua Aira.
Indrawati yang juga pegiat lingkungan hidup di kota Makassar mengaku plastik dan sampah yang terbuang begitu saja. Tidak hanya merusak kelestarian lingkungan, namun dapat juga mengganggu kesehatan masyarakat.
Pencemarannya dapat melalui udara, air, tanah. Maupun organisme lain yang dapat menimbulkan penyakit.
“Sampah yang tidak terkelola, selain menimbulkan bau tidak sedap. Hal itu juga mengganggu estetika lingkungan dan menjadi media perkembangbiakan vektor dan hewan pengerat.
Olehhya itu diperlukan penanganam kolaboratif segera terhadap kondisi lingkungan yang tercemar. Karena dalam puntung rokok terdapat bahan kimia berbahaya termasuk arsenik, kromium, nikel, dan kadmium yang terjebak oleh filter di dalam puntung rokok dan tetap berada di sana saat dibuang,” jelas Indrawati Abdi.
Menurutnya, ada solusi jangka pendek dan jangka panjang. Karena secara individu, lanjut Indrawati semua pihak bisa berkontribusi mengurangi polusi udara dari ancaman bahaya plastik.
“Namun pemerintah jauh lebih bisa menjadikannya lebih terstruktur, sistematis, dan masif melalui kewenangannya,” kata orang tua Aira.
Berikut rincian aksi Aira
Berikut rinciannya, Rabu (26/6 2019) berhasil mengisolasi plastik sebanyak 11 ecobrick dengan berat total 2.800 gram.
Lalu Cigbrick seberat 48 gram berisi 316 puntung rokok.
Kamis (27/6/2019) berhasil mengisolasi plastik kedalam 15 Ecobrick dengan berat total 3.400 gram. Kemudian Cigbrick dengan berat 75 gram berisi 603 puntung rokok.
Jumat (28/6/2019) berhasil mengisolasi plastik kedalam 33 botol Ecobrick dengan berat total 4.200 gram. Lalu 2 Cigbrick dengan berat 155 gram berisi 1.221 puntung rokok.
Sabtu (29/6/2019) berhasil mengisolasi plastik sebanyak 19 Ecobrick dengan berat total 4.560 gram. Dan membuat 2 Cigbrick dengan berat 260 gram berisikan 2.124 puntung rokok.
Secara total selama 4 hari, plastik yang berhasil dibuat Ecobrick seberat 14.960 gram. Dan membuat Cigbrick dengan berat 538 gram berisikan 4.264 puntung rokok. Sementara untuk limbah sisa makanan dan lainnya, dengan memasang komposter berhasil menampung limbah organik seberat 95 kilo gram.