Aku Ingin Menjengukmu Lagi Nanti Tanpa Ada yang Tersakiti dari Bumi

oleh -578 kali dilihat
Aku Ingin Menjengukmu Lagi Nanti Tanpa Ada yang Tersakiti dari Bumi
Ilustrasi/foto-blog.unnes
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Kota tak memiliki mesin jahit untuk membuat sebuah teduh di atas punggung seseorang. Bahasa paling dekat adalah kemacetan dan bahasa paling jauh adalah pelukan serta pohon yang tak boleh memenangkan apa pun selama hidupnya di antara kota atau pesta.

Aku berjalan dengan lenganmu yang ditanami paku. Sedikit mencari celah untuk menidurkan diri sendiri, tapi kata-kata telah berisik di musim kampanye. Membeli lengang lalu berencana mendandani kita melalui wajah-wajah yang bukan diri kita lagi.

Kota juga tak memiliki mesin penyedot kemurungan untuk setiap sampah di beberapa sudut jalan. Jemari dan hidung adalah dua perihal intim serta dandanan limbah yang tiap hari semakin memperpucat apa-apa yang kita kagumi di setiap genangan air.

Aku memeluki air matamu yang beraroma pabrik. Banyak mencari celah agar kiranya ikan-ikan masih serupa rambutmu yang berlambai-lambai di setiap waktu. Mengundang kail dari sepasang kekasih pada hari minggu lalu pulang meski tak membawa apa-apa tapi mereka bahagia.

Kemudian melalui jendela yang teramat sunyi, aku ingin menjengukmu lagi nanti tanpa ada yang tersakiti dari Bumi. Apa iti bisa?

Syamsul Alam, Lahir di Gowa, Sulsel. Telah menerbitkan beberapa buku puisi. Saat ini bergelut sebagai guru di salah satu SMA di Biringbulu, Gowa. AKtif sebagai penggerak literasi di Kecamatan Biringbulu.

KLIK INI:  Menyelam ke Kolam Sapardi Djoko Damono