Akala, Brand Fesyen yang Bahannya 98 Persen dari Serat Tanaman

oleh -111 kali dilihat
Akala, Brand Fesyen yang Bahannya 98 Persen dari Serat Tanaman
Akala, Fesyen Ramah Lingkungan Anti Fast Fashion - Foto/Akala

Klikhijau.com – Akala, nama brand fesyen asal Amerika Serikat (AS) yang semakin diminati kini karena komitmen sustainabilitynya.

Brand yang dirintis oleh Ashley Klein (AK) ini secara sadar melihat pentingnya suatu fesyen yang memerhatikan pelanggan dan bumi.

Singkatnya, Klein mencoba menggabungkan antara kecintaannya pada fesyen dan kemauannya membantu memulihkan bumi. Suatu inisiatif tulus yang sekaligus merespons betapa besar dampak dunia fesyen terhadap kerusakan lingkungan.

Maka jadilah Akala Clothing yang produknya diramu dari bahan yang 98 persen serat tanaman dan tidak menggunakan bahan hewani. Rasanya cukup bangga bisa memakai fesyen seperti bukan?

KLIK INI:  Waspada Bahayanya, Ini 5 Fakta Ilmiah Dampak Serius Gadget Bagi Kesuburan
Respons atas krisis iklim

Tak banyak espektasi bisnis yang memang secara murni lahir dari keprihatikan akan kepentingan planet. Bahkan sebaliknya, bisnis umumnya berorientasi profit alias untuk mengejar laba sebesar-besarnya.

Tak demikian dengan Akala yang justru lahir dan tumbuh atas keprihatikan pemiliknya pada krisis iklim. Yah, sebagai catatan, industri fesyen adalah penyumbang utama krisis iklim, menghasilkan 10% emisi karbon global.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa setiap detik, tak sedikit limbah dari tekstil berlebih yang berakhir di TPA, terbuang bebas bahkan dibakar.

Selain itu, produksi pakaian meningkat dua kali lipat sejak tahun 2000. Orang rata-rata membeli pakaian tetapi menyimpannya untuk waktu yang lebih singkat.

Sadar akan dampak di balik ini semua, Klein mulai membayangkan suatu merek dengan paradigma keberlanjutan.

KLIK INI:  Sampah Plastik Jadi Lahan Nafkah Perempuan Myanmar

Pada 2019, Klein mendirikan Akala Clothing. Nama merek adalah kombinasi dari inisialnya, AK, dan Los Angeles, lokasi produksi perusahaan. Perusahaan yang berbasis di Seattle ini meluncurkan koleksi pertamanya sebelum musim liburan yang lalu.

Klein bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul di setiap titik siklus hidup pakaian, dengan memprioritaskan keserbagunaan, gaya abadi, dan inklusivitas ukuran.

Dalam hal keberlanjutan, Klein berkata, “Saya tidak ingin mengambil jalan pintas atau hanya melakukan satu hal dan kemudian berkata bahwa saya berkelanjutan. Saya benar-benar ingin mengerahkan semua yang saya miliki untuk itu,” kata Klein Dikutip dari Dailyuw.

Akala
Foto pendiri Akala Clothing, Ashley Klein – Foto/dailyuw
Proses yang serba ramah lingkungan

Sebagaimana dikutip dari Inhabitat , proses pembuatan Tencel ™ dalam beberapa produk Akala  bersumber dari kekayaan hutan berkelanjutan. Selain itu ada bahan Cupro dari katun yang dapat terurai secara alami, dan linen dari tanaman rami.

Selain itu, proses produksinya juga dilakukan oleh para penjahit terampil dengan upah yang adil bagi pekerjanya. Dalam hal mengatasi bahan baku, Akala juga menerapkan sistem sirkular yakni mendonasikan sisa bahannya yang tak terpakai.

KLIK INI:  7 Tips Sederhana yang Bisa Diterapkan untuk Mengatasi Sampah Fesyen

Perusahaan juga memastikan suatu kualitas fesyen tingkat tinggi yang dapat dipakai dalam waktu yang lama. Ini bertolak belakang tentu saja dengan fast fashion yang membuat budaya konsumtif.

Bukan itu saja, bila kamu membeli produk Akala, kamu akan menemukan kemasan yang mengejutkan dengan standar khusus yang sudah pasti ramah lingkungan. Bahan kemasaannya berupa kertas yang telah disertifikasi, jadi tak memakai plastik lagi. Dan yang paling menarik adalah Akala senantiasa menyisakan 1 persen keuntungannya untuk pemeliharaan lingkungan.

Produknya sangat visioner

Koleksi debut dari Akala terdiri dari warna netral lembut dan kain dengan warna permata yang diredam (98% di antaranya berasal dari tumbuhan), tekstur lembut, detail yang cermat, dan desain yang sederhana dan apik.

Mayoritas pakaian dirancang untuk dikenakan dalam berbagai cara, dengan fitur serbaguna seperti garis leher yang dapat dibalik atau sabuk yang dapat dilepas.

Jenis keserbagunaan ini memperpanjang umur produk, memungkinkan fleksibilitas karena tubuh, kebutuhan, dan preferensi pelanggan berubah seiring waktu.

Pakaian tersebut dibuat dalam proses pengembangan dalam jumlah kecil yang menjamin perlakuan yang adil dan pembayaran upah di atas minimum untuk semua pekerja.

Klein juga berkomitmen untuk memastikan langkah-langkah keamanan yang tepat untuk melindungi pekerja dari paparan COVID-19.

Menurut Klein, Akala Clothing mengungkapkan kemungkinan kegembiraan tinggal di lemari Anda sambil mengetahui bahwa setiap bagian dibuat secara bertanggung jawab.

KLIK INI:  Bermain Gadget Saat Berkendara, Ini Bahayanya!

“Saya suka merek ini dibuat oleh wanita untuk wanita,” kata Megan Erwin, pelanggan Akala yang memuji merek tersebut karena membantu memperluas kesadaran lingkungannya, sebagaimana Dikutip dari Dailyuw..

Klein percaya bahwa setiap orang berhak memiliki pakaian yang membuat mereka merasa hebat, dia juga mengakui kurangnya aksesibilitas secara keseluruhan dalam mode, terutama mode berkelanjutan, karena biaya tinggi.

Untuk terus menjaga kualitas produknya, Klein secara teratur melakukan brainstorming cara untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh konsumen tanpa harus memotong komitmen mereknya terhadap keberlanjutan dan upah yang adil bagi pekerja.

Mengatasi masalah ini adalah sesuatu yang sangat pribadi bagi Klein.

“Saya dulu berada di posisi yang sangat sulit, di mana saya membeli pakaian seharga $ 8 dari rak penjualan H&M karena saya membutuhkan sesuatu untuk diletakkan di tubuh saya,” kata Klein.

Jadi penasaran yah dengan produk fesyen satu ini. Namun yang terpenting adalah semangatnya yang keren. Semoga saja dapat tertular pada brand fesyen lainnya!

KLIK INI:  Baju Baru, Langsung Dipakai Saja Atau Sebaiknya Dicuci Dahulu?