3 Mahasiswa UGM Teliti Aktivitas Salat pada Kesehatan Gigi dan Mulut, Begini Hasilnya

oleh -256 kali dilihat
Ilustrasi gigi dan mulut
Ilustrasi gigi dan mulut/foto-ist
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Hasil penelitian kerap hadir dengan cara menakjukan. Seperti yang pernah dilakukan Tiga mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 2018 lalu. Ketiganya melakukan penelitian yang menunjukkan pengaruh aktivitas shalat terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Ketiga mahasiswa itu dalah Layung Sekar Prabarayi, Nadia Rully Auliawati, yang juga mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, dan Rais Aliffandy Damroni dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan.

“Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas salat dan berwudu memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan pH (derajat keasaman), kecepatan alir, dan kadar kortisol saliva atau cairan penjaga mulut,” ujar Layung Sekar Prabarayi, salah satu peneliti.

Menurut Layung, tingkat gangguan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih terbilang tinggi, yaitu mencapai 25,9 persen. Padahal, kata dia, sebenarnya banyak aktivitas sehari-hari yang bisa meningkatkan kesehatan gigi dan mulut jika dilakukan secara rutin dan dengan cara yang tepat.

KLIK INI:  Mengesankan, Ini Manfaat Azan Bagi Otak Menurut Ahli Neurosains

“Aktivitas wudu dapat meningkatkan pH. Semakin tinggi pH, maka semakin tinggi aliran alir saliva dan semakin tinggi pula kadar kortisol, tapi masih dalam batas yang normal,” ucapnya. “Saliva yang mencukupi dapat melubrikasi atau melumasi gigi geligi, memberikan aktivitas anti-bakteri, dan pengaruh lainnya,” lanjutnya

Adapun sekresi saliva yang kurang dapat menimbulkan masalah dry mouth atau xerostomia. Sebuah fenomena yang banyak ditemui akibat stres, pengaruh obat, kurangnya kadar air dalam tubuh, serta kurangnya produksi saliva.

Penelitian ini dilakukan dengan metode static group pretest and posttest design terhadap 20 subyek, yang terdiri atas 10 subyek sebagai kelompok perlakuan dan 10 subyek sebagai kontrol. Pengambilan sampel saliva perlakuan dilakukan sebelum wudu dan sesudah salat lima kali dalam satu hari.

“Saliva tanpa stimulasi dikumpulkan selama lima menit ke dalam wadah untuk diukur kecepatan alir dan pH saliva di tempat, sedangkan pengukuran kadar kotisol menggunakan Elisa Kit dengan panjang gelombang 540 nanometer di Laboratorium Riset Terpadu FKG UGM,” tutur Layung.

KLIK INI:  Manfaat Buah Ciplukan, dari Masalah Mulut hingga Tangkal Kanker

Dari pengujian yang dilakukan, mereka mendapatkan hasil rata-rata pH perlakuan 7,8, sedangkan pH kontrol 7,75. Hal ini, kata Layung, menandakan aktivitas tersebut dapat meningkatkan pH.

Perasaan tenang dan rileks secara psikis yang dialami seseorang setelah melaksanakan aktivitas berwudu dan salat, Layung melanjutkan, menyebabkan saraf parasimpatis meningkat. Sehingga kadar kortisol dalam rentang normal dapat menghasilkan sekresi saliva yang lebih banyak dan bersifat aqueous dengan pH normal.

“Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Namun berbeda. Dalam penelitian ini, kami memadukannya dengan rangkaian aktivitas salat lima waktu dalam satu hari sekaligus,” ujarnya.

Cerita di atas pernah dimuat di tempo.co pada hari Jumat, 20 Juli 2018 yang ditulis oleh Moh Khory Alfarizi. Beritanya memang telah lama disebarkan, tapi akan selalu terasa baru bagi dunia pengetahuan.

KLIK INI:  6 Tanda-tanda atau Gejala Usus Kotor, Yuk Diresapi!