25 Komoditas Pertanian dan Rempah Indonesia Diekspor ke Mancanegara

oleh -216 kali dilihat
25 Komoditas Pertanian dan Rempah Indonesia Diekspor ke Mancanegara
Wapres RI, KH. Ma'ruf Amin didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melepas 25 hasil perkebunan dan rempah ke pasar mancanegara - Foto/Mediadelegasi

Klikhijau.com – Wakil Presiden RI (Wapres) KH. Ma’ruf Amin didampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) melepas 25 hasil perkebunan dan rempah ke pasar mancanegara.

Komoditas ini berasal dari Provinsi Sumatera Utara dengan nilai pasar sekira Rp 207,93 miliar. Pelepasan ekspor secara simbolis ini dilakukan pada acara pembukaan peringatan Hari Perkebunan dan Launching Hari Rempah Nasional di kawasan Danau Toba, Parapat, Simalungun, Jumat (10/12/2021).

“Kegiatan ekspor dalam peringatan Hari Perkebunan merupakan momentum untuk Indonesia bangkit lebih maju guna mewujudkan sektor pertanian yang lebih tangguh dalam meningkatkan produksi serta volume ekspor,”ucap Wapres Ma’ruf Amin dikutip laman resmi Kementerian Pertanian.

Wapres menegaskan sudah saatnya komoditas perkebunan dan rempah Indonesia dikembangkan melalui peningkatan produktivitas agar berdaya saing tinggi.

Tak hanya itu, kedepan Indonesia juga harus mengekpor bahan yang sudah diolah sehingga lebih meningkatkan nilai produk.

KLIK INI:  Penghargaan Dubai Awards untuk Inovasi Susut Pangan Perikanan di Indonesia

“Kita harus secepatnya keluar dari jebakan negara berkembang yakni negara pengekspor bahan mentah. Sebab, perkebunan Indonesia telah melewati perjalanan sejarah yang panjang, lebih dari lima abad yang lalu, lautan nusantara telah ramai oleh lalu lintas perdagangan komoditi utama produk perkebunan seperti lada, pala, cengkeh dan rempah-rempah lainnya,” tegas Wapres.

Wapres berharap komoditas andalan nasional juga semakin dikembangkan seperti kopi, kakao, karet dan kelapa sawit.

Selain itu, untuk meningkatkan nilai ekspor sektor pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu membuat berbagai terobosan, diantaranya sistem perdagangan internasional yang terbuka.

Selanjutnya, membangun berbagai prasarana dan sarana penunjang untuk proses produksi, distribusi dan logistik untuk meningkatkan aktivitas ekspor dan membentuk tata kelola niaga yang menguntungkan produsen dan konsumen, termasuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pekebun.

“Dengan adanya sistem perdagangan internasional yang terbuka ini, kita dapat mengatasi hambatan dalam arena perdagangan internasional. Maka perlu dilakukan penyesuaian kebutuhan akan persyaratan memasuki arena perdagangan pasar global,” jelasnya.

KLIK INI:  GNPDAS Bisa Jadi Inspirasi untuk Pulihkan Hutan dan Lahan

Sementara itu, Mentan SYL sangat optimis dapat meningkatkan produksi, daya saing dan ekspor komoditas perkebunan dan rempah. Hal ini didasari dari keberhasilan membangun sektor pertanian yang lebih maju sehingga di masa pandemic. Sejauh ini, hanya sektor pertanian yang tumbuh positif sehingga menjadi penyelamat pertumbuhan perekonomian nasional.

“Peringatan Hari Perkebunan ke-64 yang dirangkaikan dengan Launching Penetapan Hari Rempah Nasional ini bertujuan untuk mendorong komitmen, motivasi, kreativitas dan partisipasi seluruh stakeholeder perkebunan baik pemerintah, swasta maupun masyarat untuk mengambil peran dalam meningkatkan ekspor perkebunan dalam pemulihan ekonomi,” ucapnya.

Peringatan ini juga jadi momentum untuk bersama bangkitkan semangat tingkatkan ekspor komoditas perkebunan dan rempah kita menjadi tiga kali lipat. Mentan berharap peringkat Indonesia sebagai penghasil rempah harus naik dari saat ini 10 menjadi 3 atau 2 terbesar dunia.

Adapun 25 komoditas perkebunan yang diekspor yakni cengkeh, palm kernel, jernang, kapulaga, karet, kayu karet, kelapa parut, kemenyan, kemiri, kolang kaling, kopi biji, kopi instan, kulit kayu manis, lidi, minyak sawit, nipah, palm kernel oil, palm kernel stearin, pinang biji, palm olein, santan kelapa, tembakau kering, desicated coconut dan shortening.

Negara tujuan ekspor meliputi Malaysia, Chili, Cina, Jerman, Jepang, Afrika Selatan, Taiwan, Vietnam, Filipina, India, Ukraina, Argentina, Spanyol, US, Korea Selatan, Belanda, Polandia, Thailand, Algeria, UAE, Pakistan, Haiti, Singapura, Mesir, Irak, Banglades dan Odessa.

KLIK INI:  Startup Pertanian Berkelanjutan Koltiva Raih Pendanaan Seri A dari AC Ventures