10 Taksa Burung Baru Ditemukan di Sulawesi dan Maluku, Satunya Dinamai Emil Salim

oleh -418 kali dilihat
Rhipidura habibiei sp.nov dari Pulau Peleng Sulawesi tengah, Ilustrasi Agus Priyono: Foto: LIPI
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Kabar baik ini datang setelah seratus tahun lamanya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Biologi berhasil menemukan sepuluh taksa baru burung di Sulawesi dan Maluku Utara.

Penemuan ini merupakan hasil kerjasama antara Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan National University of Singapore, Singapura. Survei dilakukan selama enam minggu di provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 lalu.

Lokasi survei meliputi Pulau Peleng di Kepulauan Banggai dan pulau Batudaka di Kepulauan Togean (Sulawesi Tengah) serta Pulau Taliabu di Kepulauan Sula (Maluku Utara).

Hasil penemuan ini telah ditulis bersama oleh Rheindt FE, Prawiradilaga DM, Ashari H, Suparno, Gwee CY, Lee GWX, Wu MY dan Ng NSR. Lalu, dipublikasikan pada tanggal 9 Januari 2020 dalam jurnal Science Vol. 367, Issue 6474, pp. 167-170.

KLIK INI:  Menjumpai Pergam Putih Bersarang di Pohon Kenanga

Sepuluh taksa baru tersebut terdiri dari lima jenis baru dan lima anak jenis baru yaitu: Rhipidura habibiei sp.nov. (ditemukan di Pulau Peleng), Locustella portenta sp.nov. (Taliabu), Myzomela wahe sp.nov. (Taliabu), Phyllocopus suara merdu sp.nov. (Peleng), Phylloscopus emilsalimi sp.nov. (Taliabu).

5 jenis lainnya adalah Phyllergates cuculatus sulanus subsp.nov (Taliabu), Phyllergates cucullats relictus subsp.nov. (Peleng),  Cyornis omissus omississimus subsp.nov. (Batudaka), Turdus poliocephalus sukahujan subsp.nov. (Taliabu), an Ficedula hyperythra betinabiru subsp.nov. (Taliabu).

Profesor Riset bidang zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Dewi Malia Prawiradilaga menjelaskan, banyaknya taksa burung baru yang ditemukan dari satu kali ekspedisi ini merupakan prestasi luar biasa dan sangat langka.

“Baru terjadi lagi setelah lebih dari 100 tahun lalu pascaekspedisi yang dilakukan oleh Alfred R. Wallace,” ujarnya.

KLIK INI:  Dua Elang Kembali Merumah di TN Gunung Halimun Salak

Penamaan dua tokoh bangsa

Menurut Dewi, kondisi alam yaitu adanya laut dalam di sekitar pulau-pulau tersebut mendukung terjadinya proses pembentukan jenis atau dikenal dengan spesiasi.

Dari kesepuluh taksa baru tadi, dua nama jenis dari lima jenis burung baru dianugerahkan kepada mendiang Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J Habibie serta tokoh cendekiawan Indonesia, Emil Salim.

“Hal ini merupakan  bentuk penghargaan terhadap jasa-jasa kedua tokoh penting tersebut. Mereka sangat peduli terhadap lingkungan dan sangat perhatian terhadap masa depan bangsa,” ujar Dewi.

Dirinya berharap nama besar keduanya tetap abadi untuk menjamin kelestarian dan keberadaan kedua jenis burung tersebut di alam. “Kelestarian burung di alam menjadi warisan yang bernilai tidak terhingga bagi generasi penerus bangsa,” tutupnya.

Selengkapnya tentang penemuan sepuluh taksa baru burung dapat diakses di A lost world in Wallacea: Description of a montane archipelagic avifauna lewat tautan https://science.sciencemag.org/content/367/6474/167 .

KLIK INI:  Miliki DNA Mirip Manusia, Orangutan Juga Bisa Terserang ISPA